Tuesday, June 23, 2009
Menemukan Semangat pada Pahlawan
Meski gambar tak begitu terang, ia sangat berharga. Kehadiran saya pada hari Kebangkitan bersama warga Indonesia di negeri jiran memantik kenangan. Merayakan hari besar yang dulu disambut dengan riang di kampung, kini hadir kembali. Pada masa itu, kami bisa menonton banyak hiburan dan memanjakan diri dengan merasakan aneka kudapan. Sekali waktu, ada film gratis yang ditonton beramai-ramai di tengah tanah lapang.
Sekarang, hiburan itu adalah melihat tingkah polah pekerja menyambut penyanyi melantunkan lagu. Mereka menemukan oase setelah lelah dibekap rutinitas. Sayangnya, lomba karaoke terbatas pada lagu pop. Mereka tampak kurang antusias. Dangdut tetap pilihan utama. Meskipun demikian, acara berlangsung meriah. Semua larut dalam lagu. Gundah sirna seketika, terpancar dari raut wajah mereka.
Di selang-seling ada petuah dan ceramah. Saya mengisi sebagian mengajak mereka untuk menyelami semangat kebangkitan 100 tahun yang lalu. Bukan dengan berteriak merdeka, tapi dengan tindakan nyata, mencintai produk negeri sendiri. Saya juga mengutip Tunku Abdurrahman, Perdana Menteri 1 Malaysia, yang mencanangkan program serupa tahun 1970-an. Kedua negara seharusnya saling mengisi untuk mendorong satu sama lain membeli barang buatan sendiri, sebagai tanda kepercayaan pada kemampuan diri sendiri. Jika tidak, kita telah menggadaikan marwah kita.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Syawalan Keduapuluhenam
saya pernah mengulas buku berjudul Santri Kendilen bersama Pemuda Desa Alastengah. Karya KH Zainul Mu'ien tersebut membahas pengalamann...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Dulu tatkala membaca karya Louis Dupre, saya menekuri teks berupa anggitan huruf-huruf di atas kertas. Penulis "Religious Mystery and...
No comments:
Post a Comment