Saturday, June 18, 2022

Jumatan

Kami berangkat ke masjid kampung untuk menunaikan salat Jum'at. Sebelum dimulai, saya mengambil foto Zumi. Pada pukul 11-an, saya bilang bahwa di sini dia akan bertemu dengan teman-temannya, seperti Nabil, Rafan, Akmal dan Kiki. Betapa wajahnya berbinar. 

Tetapi, teman-temannya mungkin memilih tempat duduk lain. Ia bertanya apa sembahyang masih lama? Tidak. Ia bisa duduk tenang. Pengkhotbah mengulas tentang ciri-ciri orang munafik dalam bahasa Madura seraya mengutip sebuah hadits. Lalu, ia menyebut bahwa seseorang yang meninggalkan salat Jum'at tiga kali berturu-turut tanpa uzur dianggap sebagai orang munafik. 

 Pelan tapi pasti, adik Biyya ini akan belajar untuk bersiduduk, sebagaimana ia bisa fokus tatkala melukis aneka jenis karakter dari kartun. Setiap orang yang hadir di sana juga tepekur. Tidak ada yang bercakap-cakap, apalagi bermain telepon pintar. Di sinilah, individu-individu menemukan dirinya dalam kontemplasi, siapa dirinya dan mau ke mana perahu hendak dilayarkan. Sepatutnya, ruang ini adalah kesempatan untuk memejamkan mata, melihat ke dalam, bahwa kemampuan untuk melihat dirinya adalah jalan menuju pencerahan. 

No comments:

Syawal Keduapuluhsatu

Kolom Falsafah Harian di koran Kabar Madura pernah dibaca oleh 2000-an pembaca. Kumpulan dari anggitan ini akan diterbitkan.  Sementara, say...