Wednesday, September 28, 2022

Persabatan


Kini, anak-anak bisa berbahasa Inggris? Mengapa? Mereka membiasakannya dalam keseharian dan mendapat sokongan dari guru, orang tua, dan lingkungan. Siniar yang dibuat oleh SMP Bhakti Pertiwi tidak hanya melazimkan siswa-siswi, tetapi juga membicarakan banyak isu seharian, seperti pertemanan.
Apa yang paling berharga dalam kehidupan? Persahabatan. Rhoma telah mengatakannya dalam nomor Sahabat. Dari sini, setiap orang akan saling belajar untuk mengerti dirinya dan orang lain. Malah, rasa setia kawan ini bisa memupuk kerja sama untuk meningkatkan minat mereka satu sama lain. Dukungan rekan sebaya biasanya menjadikan remaja semakin percaya diri dan nyaman.

Sebagai alat, bahasa itu adalah media yang memungkinkan anak-anak menjangkau dunia lebih luas. Namun demikian, pijakan atas tradisi dan pandangan hidup sendiri akan menjaga mereka dari keterpecahan pribadi. Dua jempol untuk kalian semua!

 

Tuesday, September 27, 2022

IAIN Ponorogo


Di sela tinggal di penginapan Jalan Betara Katong untuk mengikuti kegiatan muktamar pemikiran mahasiswa, saya menunaikan salat isya' dan subuh di sini. Tempatnya bersih dan jemaahnya banyak.

Setelah zikir, saya tepekur. Jelas, papan ini memberi pesan bahwa masjid seperti dalam foto adalah wakaf dari seseorang yang ingin tempat beribadah tersebut tidak pindah kepemilikan. Tentu, andaikan kata NU itu organisasi lain, saya dan Zumi juga tetap bersembahyang.
Orang-orang tidak bertanya aliran kalam, fikih, dan tasawuf yang saya anut. Kalaupun disoal, saya akan menjawab tradisionalis eksintesialis cum pragmatis. Tetapi, cap di atas itu mudah retak karena tak memuat pikiran, perasaan, dan tindakan yang saya lakukan. Itu hanya gaya-gayaan. Saya hanya ingin menjadi orang baik dan mempunyai uang. Anda?

Monday, September 26, 2022

PPP

Tanda itu masih berdiri kokoh.
Ini mengingatkan saya pada 1987 tatkala PPP berkampanye di tanah berbatu Rosong, Ganding, Sumenep. Partai berlambang ka'bah dibiarkan hidup, tetapi digencet.
Rumah ini harus belajar dari PDI (Kini PDIP) merawat kemantapan gerak organisasi. Kalau sekadar menjadi sekrup, partai segera konsolidasi menjadi oposisi.
Paman Faridl Rusydie tentu berdiri netral sebagai pengawas. Tetapi sebagai santri Lubangsa, beliau harus tegak bersama PPP.

 

Fikih Tata Negara


 Tata negara bisa diatur dengan fikih.

Rousseau, Machiavelli, dan John Locke adalah thaghut, dekaden, dan ghazw al-fikr.
Anda?

Status di Facebook ini bisa memancing respons beranekaragam karena subyeknya bisa berupa penulis atau pandangan orang lain. Tetapi, di manakah posisi kita sebenarnya terkait dengan sistem kenegaraan? Mari kita menuju ke Halaqah Fikih Peradaban yang akan digelar di Pondok Pesantren Nurul Jadid pada tanggal 2 Oktober 2022.
Lokasi: Nasi Pecel Pincuk Paiton.

Selamat dan Berkat untuk Almamater


Selamat almamater, semoga berkah berlimpah untuk kesejahteraan warganya. Amin. 

Kami sama-sama angkatan 2000-an, isteri S1 Komunikasi dan Penyiaran Islam dan saya S2 Hubungan Antaragama di Universitas Islam Negeri Yogyakarta. 

Kini, kampus telah berubah wajah. Tetapi, semangat berilmu menyala sejalan dengan teori jaring laba-laba. Tentu, sebagai universitas, lembaga ini akan membahas isu dari banyak sudut pandang. Kebebasan akademik adalah dasar. 

Panjang umur dan bermanfaat bagi umat! 

Kami Hidup Rukun

Depan Pasar Panarukan, Situbondo, ada gereja Pantekosta dan rumah praktik dr Kristian. Di bawah sinaran kiai dan takzim santri, keanekaragaman terjaga. Saya dan Pak Ibrahim beberapa waktu lalu memperhatikan suasan ini dalam perjalanan ke rumah Kiai Afif Muhajir dan Kiai Fadhol.
Kepemimpinan pondok Sukorejo yang menjadi sokoguru kehidupan warga layak dicermati, sebagaimana di bawah sinaran Nurul Jadid, Gereja Maranatha berdiri kokoh di Paiton yang dikelilingi oleh pasar dan tak jauh masjid Ath-Thahirin. .
Kiai adalah dalil itu sendiri bagi masyarakat tradisional. Sebagai santri, justur saya melihat koeksistensi penguasa dan rakyat belum harmonis. Kenaikan harga BBM mendatangkan musyaqqat pada rakyat. Haram! Mari turun ke jalan!

 

Juz 'Amma dan Zumi

Alhamdulillah, kami membeli juz Ahmad, bahasa Zumi untuk juz 'amma di sini. Murid berusia 8 tahun ini senang karena kitab ini memuat bunyi bacaam dalam huruf Latin. Tentu, dengan terjemahan ia akan belajar padanan kata.
Di toko buku ini, kita juga bisa melihat banyak karya keagamaan, baik lama maupun baru. Di tengah serbuan bacaan digital, buku cetak tetap diperlukan untuk mengurangi keterpaparan kita pada layar telepon pintar.

Kami akan kembali untuk membeli Tartila jilid ke-tiga. Zumi semakin rajin membacanya setelah kawan baiknya telah menginjak keempat. Semoga persahabatan keduanya saling mengukuhkan.

Sunday, September 25, 2022

Cafe Vertical Kraksaan

Filsafat di sini hadir untuk melihat fikih. Mushthafawi menggunakan Kant, Sartre dan tokoh lain sebagai pijakan untuk memahami hukum Islam. Karya penulis Critique of Practical Reason yang dijadikan rujukan itu adalah terjemahan bahasa Arab. 

Dengan demikian, gagasan warga Konisberg itu telah diserap ke dalam alam pikiran Arab. Ini lagi-lagi menegaskan bahwa dunia Arab menyegarkan kembali era kegemilangannya tatkala di zaman kekhalifahan, ide-ide Yunani juga diadaptasi, sehingga lahir Averroes dan Avicenna.

Pendek kata, bahasa apapun yang digunakan untuk menganggit sebuah pemikiran telah menempatkan bahasa asal pada kedudukan ditafsirkan. Penafsir telah memindahkan Jerman dan Perancis ke Timur Tengah. Lalu, saya mengggeser ke Paiton. Ada banyak tempat yang telah turut mengayakan peradaban akal budi. 

Koran, Sore, dan Kopi

1. Selasa yang akan datang, saya akan menulis topik keuangan di kolom Falsafah Harian koran Kabar Madura.
2. Dengan uang Rp 800 juta, apa yang akan dibeli oleh Sudrajat Dimyati? Mungkin barang mewah. Tetapi, itupun harus ditunjukkan pada liyan karena fungsinya untuk pameran, bukan kenyamanan.
3. Andai hakim agung ini membaca Epicurus tentang tiga macam hasrat, ia tak perlu mengambil duit itu. Dalam bagian kedua, kebutuhan barang mewah itu tidak perlu (unnecessary), meskipun bisa dinikmati, tetapi bisa ditinggalkan.
4. Uang itu hanya alat tukar. Anda bisa riang tanpa membeli. Tak percaya? Tanya pada Aristoteles dan Ghazali. Dengan demikian, kesenangan sebagai penyumbang kebahagiaan bisa berupa baca koran di sore hari sambil menikmati kopi.

 

Thursday, September 22, 2022

Menjelang Tua


Sebelum memasuki umur 73, sejak sekarang saya mesti sering berolahraga. Inilah cara kita untuk tetap segar dan bugar pada masa tua. Sementara, filsafat itu senam otak. Ilmu ini baik apabila takarannya sesuai dengan keadaan pemakai.

Status di atas adalah tanggapan terhadap paparan penulis pada halaman 3: "I have returned to this Greek island on a personal quest: I am old man myself now -seventy-three - and I want to figure out the most satisfying way to live this stage of my life."

Catatan di atas delapan tahun yang lalu. Kini, saya membacanya kembali karena Facebook memberitahu di dinding akun. Terima kash Mark Zuckerberg. Anda orang baik. 

Sunday, September 18, 2022

Warung Padang Tanjung

Saya merasakan menu nasi Padang untuk pertama kali di kedai Sederhana Sapen Sleman bersama Paman Faridl Rusydie, Kiai Husnan, Haji Taukid, dan Haji Hasbi. Sebagai mahasiswa baru di UIN Sunan Kalijaga (dulu IAIN), kami menyantap makan malam di warung terdekat dari kos. 

Dari sini, kami mencicipniya untuk selanjutnya di Kedah, Pulau Pinang, Kuala Lumpur, dan Singapura. Satu rasa, banyak cerita.
Kikil di Alor, Kedah, dekat KMC, kami nikmati sambil mendengar lagu Minang. Rendang di Menara Kembar Pertonas disantap seusai membeli Plato di toko buku Kunikuniya.

Nah, ini warung baru di Tanjung. Kami menikmati nya sehabis Jum'atan di masjid Raudlatul Ulum. Lalu, kami menyapa di dinding Facebook, Pak Surya Suryadi, sila mampir bila jalan-jalan ke Bali. 
 

Saturday, September 17, 2022

Kebaikan Pak Ali

Ada pesan Telegram dari Pak Ali, "Akan kami bantu melakukan". Maksud dari tulisan ini adalah membuat laku atau laris. Orang baik itu selalu memberi kejutan.
Racikan kopinya juga dahsyat. Tak ada kata yang bisa menggambarkan kebaikan, kebersahajaan, dan ketulusannya.

Akhirnya, nasib buku ini berada di tangan pembaca, mau didaras atau tidak. Lebih jauh, apakah karya ini akan dicetak ulang? Apa pun, kebaikan Pak Ali akan turut mewarnai perjalanan anah rohani saya ini.

 

Selamat Hari Malaysia

Kami telah meninggalkan negeri ini selama hampir 4 (empat) tahun. Zumi masih menyebut rosak, untuk rusak. Ia masih mengingat "old house", rumah asrama SME Bank UUM. Kami masih sering tertawa bila kenangan di loteng tatkala hujan, "lulusan" murid TK UUM IS menyebut "baby raining" untuk gerimis.
Biyya tentu berlimpah perhatian. Di hari ulang tahun, pengurus asrama (JKPS) hadir untuk membesarkan hatinya. Malah, di hari libur, kami tak merasa kesepian sebab ada kehidupan lain yang menghiasi kediaman, seperti kabus (kabut) yang berarak di atas bukit, monyet yang tak menjadi manusia karena gagal belajar filsafat, dan termasuk makhluk halus yang mengetuk-ngetuk lantai bawah pada suatu malam.
Untuk turut merayakan Hari Malaysia, saya memainkan lagu-lagu jiwang, 90-an, yang mencerminkan wajah negeri jiran yang lain. Mungkin pesona Melayu lama kian pudar dan kini hampir seragam. Setidaknya, grup musik rock Dinamik menunjukkan negeri Siti Nurhaliza yang berhasil menyusun bait pernuh makna dan melukiskan kemajemukan, karena anggotanya berasal dari Pahang dan vokalisnya dari Sarawak.
Bila saya segera nyaman di tempat baru, asrama Restu USM, karena saya telah menikmati lagu-lagu 90-an sejak di kampung, Madura, Iklim dengan Suci dalam Debu, dan sering mendengar lagu mereka melalui Global FM Yogyakarta. Pasti teman sekamar saya yang baik, Pak Iskandar Dzulkarnain tahu betapa saya menggandrungi senandung dari Semenanjung, seperti Awie, Ella, dll. Gemuruh Wings itu adalah racikan dari langit.
Kini, Malaysia memasuki era yang penuh tantangan karena gerakan Reformasi, tumbangnya UMNO, dan lahirnya politik baru justru menghadapi keadaan tidak menentu akibat pengaruh global, seperti polarisasi, perang, dan konflik Timur Tengah, sebagaimana juga dialami di negara kami dan tetangga yang lain. Pandemi telah menggungcang sendi-sendi ekonomi.
Apa pun, kami nanti akan silaturahim untuk mengukuhkan kejiranan bersama Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam dan tetangga yang lain. Bila kita bisa berdampingan dengan damai, kita bisa hidup permai. Usah hirau dan gentar dengan kuasa besar yang hendak mencaplok kedaulatan negara-negara kawasan.

 

Thursday, September 15, 2022

Sosialiasi 4 Pilar


Saya senang mengikuti sosialisasi 4 pilar MPR RI di kampus. Biasanya eksistensialis difoto dari belakang. Tetapi, tradionalis eksistensialis menghadapi kamera, meskipun demikian ada yang tersisa di benak sulit ditangkap karena ia selalu berada di situ tanpa kekuatan apa pun bisa menyentuh.

Bagi santri, pemilaran itu sudah selesai. Tetapi, nilai-nilai yang ada di dalamnya, seperti keadilan distributif, perlu disoal. Kalau ada petinggi menguasai ratusan ribu hektar lahan di Kalimantan dan Sumatera karena kedudukannya, maka dalam Rawlsian situasi ini lancung.

Dengan kata lain, sosialisasi itu tidak lebih daripada apa yang telah diajarkan sekolah-sekolah. Malah, sejak SD, saya telah menghapal butir-butir Pancasila, PSPB, PMP, dan mengikuti upacara setiap Senin. Secara otomatis, bunyi dari UUD 1945, lagu Garuda Pancasila, dan nyanyian perjuangan yang lain sudah melekat dengan kuat. Apa yang belum kukuh adalah pelaksanaan dari isi. Ini perlu bukti.


Wednesday, September 14, 2022

Membedah Daniel Kahneman

Ilmu berlimpah di dunia maya. Kita, kata Sabrang Mowo Damar Panuluh, tidak lagi menimbanya tetapi kebasahan karena kehujanan. Tinggal kita memutuskan berada di mana tatkala menekuri pengetahuan.
Untuk itu, kita perlu payung, lalu memilih "air" mana yang akan mengguyur kita. Afu menjelaskan buku Kahneman, Berpikir Cepat, Berpikir Lambat dengan riang. Sejatinya, saya memilik sistem ketiga, di luar sistem 1 dan 2, karena langit menurunkannya sewaktu-waktu. Saya tidak menyebutnya wangsit atau ilham.
Aha! sekompleks apa pun kita, kita perlu mendudukkan diri pada cap yang telah tersedia di khalayak, semisal oh itu modernis, tradisionalis, atau sentris. Secara etis, saya lebih mengutamakan pandangan Mu'tazilah. Lo, kok malah ke sini? Tidak. Saya hanya melihatnya dalam situasi tempat saya berpijak sehingga latar belakang turut mencoraki. Di sini, secara hermeneutis, saya sedang melakur (fusi) cakrawala atau ufuk untuk mendapatkan pesan bersama.
 

Tuesday, September 13, 2022

Cara Melawan Kebosanan


 Dulu, saya pernah menulis opini di harian Kompas.com berjudul "Mudik dari Kebosanan" (lihat di sini: https://www.kompas.id/.../2018/06/09/mudik-dari-kebosanan/), dan hari ini saya menganggit gagasan serupa dalam kaitan kejemuan sehari-hari di koran Kabar Madura.

Jika Anda jemu, berilmu. Bila ia masih hinggap, "raib". Lebih jauh, sila simak di sini: https://kabarmadura.id/kebosanan. Hilang itu perlu dilakukan dari keserbahadiran kita dalam banyak kegiatan, baik daring maupun luring. Kalaupun berselancar, kita mencoba berjarak dengan "hedonistic treadmill" agar berlari di tempat itu bukan mengulang tragedi Sysiphus. 

Tak mudah, tetapi sejatinya kebosanan adalah ketanggapan kita terhadap apa yang terjadi sehari-hari. Perulangan memang bikin jemu, namun tempat kita berdiri selalu dialiri air yang berbeda. Kebanyakan orang sering mengabaikannya karena mereka selalu mencari sesuatu yang baru di seberang. 

Monday, September 12, 2022

Susu, Jejak Karbon, dan Etika Hewan

Susu produk Koperasi Unit Desa Krucil dijual di NJ Mart, Karanganyar, Paiton. Dengan mendukung usaha lokal, kita telah mengurangi jejak karbon.

Ini mengingatkan buku Kiai M Faizi, bahwa kita bisa merusak bumi melalui meja makan. Betapa ingatan masih kuat tertancap tatkala penulis Sareyang ini membedah dengan cemerlang terkait prilaku manusia di meja makan. Pada waktu yang sama, panitia menyuguhkan kue berbungkus daun dan air dalam gelas kaca, bukan plastik. 

Lebih jauh, meminum susu masih diterima oleh kaum vegetarian. Kita menuju era di mana etika hewan bersisian dengan kemanusiaan. Untuk itu membaca Animal Ethics oleh Peter Singer adalah menjadi keharusan bagi kaum pembelajar. Bila tidak, manusia tidak pernah belajar menjadi binatang yang baik. 
 

Sunday, September 11, 2022

Pondok dan Kekerasan

Gambar ini tertera dalam buku Hefner, Making Modern Muslims: The Politics of Islamic Education in Southeast Asia. Anggitan karya yang bermula dari proyek penelitian ini dilatari oleh tindakan kekerasan yang dilakukan pelajar (santri) pondok di banyak negara Asia Tenggara.
Kini, kekerasan itu terjadi di dalam pondok itu sendiri. Dengan mengakui ini, kita akan memiliki arah baru pesantren, tanpa harus menghilangkan jati diri yang selama ini melekat pada dirinya, yakni kepatuhan, kedisiplinan, dan kesederhanaan.
Mungkin, pandangan pendidikan pondok yang tertutup tak sepenuhnya benar. Justru, tatkala para kiai dan ustaz membahas kitab -Da'wah al-Tammah wa al-Tadzkirah al-'Ammah oleh Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, dalam kegiatan bulanan di Nurul Jadid, mereka berbeda pandangan dalam banyak hal, seperti makna semantik kata, pemahaman teks-konteks, dan relevansi dengan dunia baru.
Malah, pernyataan yang dilontakkan oleh Kiai Qushairi bahwa pemimpin kafir yang adil lebih baik daripada muslim ketika membahas soal "wilayah" sangat menarik. Meskipun gagasan ini bukan baru, tetapi bahwa ia dipahami secara progresif oleh seorang kiai, adalah sungguh amat memantik pikiran kritis banyak pihak. Apakan tidak, jutaan orang muslim di negeri ini tidak memiliki mutu sebagai pemimpin!
Pendek kata, seluruh pengetahuan bisa hadir dalam halaqah ini tanpa halangan. Malah, Kiai Mushthafa Badri bertanya secara retoris apakah ketundukan pada pemimpin mendudukkan warga pada obyek yang pasif? Misalnya, apa sikap peserta pengajian ini terhadap kenaikan BBM?
Saya sendiri memilih menolak kenaikan. Sebagai wujud terhadap pemahaman, saya akan turun ke jalan. Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah.

Saturday, September 10, 2022

Pondok dan Kita

Dulu, kami memasak nasi di dapur umum, mandi di tempat pemandian umum, dan berjemaah di masjid setiap waktu salat. Di tengah malam, kami bangun atas pilihan sendiri dan pengurus membangunkan. Dengan lampu pelita, kami menghapal Alfiyah, sebab listrik dimatikan pada pukul 11. Apa yang paling terkesan dari sekian keindahan? Saya bisa tidur sangat lelap selama 15 menit sehabis sekolah, lalu di waktu sore mengaji kitab Iqna' ke Kiai Mahfudz Husaini dan Riyadh al-Shalihin ke Kiai Ishomuddin AS. Jika kami bersembahyang berjamaah subuh di manapun kami berada, itu karena jalan "tasawuf" yang dicontohkan oleh Kiai Ahmad Basyir AS. Ini bukan pamer, tetapi sekadar apa yang kami dapat ketika belajar. Kepala Keamanan Latee, Pak Supandi, tidak pernah menggunakan kekerasan dalam menegakkan aturan. Beliau sangat mengayomi kami.
Bila saya menulis Ayo Jangan Mondok di Jawa Pos, yang telah telah menjadi bagian dari buku "Kehendak Berkuasa dan Kritik Filsafat" (Ircisod, 2021), itu karena menyoal citra pondok yang menjadi institusi tempat mengajarkan ideologi tertutup. Pada waktu yang sama, kami menolak praktik kekerasan apa pun di lembaga tersebut sebagai respons terhadap pelbagai isu yang sedang marak belakangan ini.
Kini warga akan menilai sendiri secara jernih apa yang terjadi dengan lembaga pendidikan tertua di negeri ini. Di zaman internet, tidak ada yang bisa lagi disimpan di bawah karpet. Arah baru pesantren segera ditetapkan agar kesan dari wajah pendidikan yang tidak terbuka dari "penglihatan" orang luar hilang. Di pondok tempat kami berkhidmat sekarang, kami memiliki Rapat Wali Santri, yang menjadi ruang bagi para pengasuh dan orang tua wali berbagi pandangan untuk kemajuan bersama.
Gambar di bawah ini adalah Muhammad Endi dari Bali. Ia adalah siswa SMA Nurul Jadid yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dalam bidang Kesusastraan Inggris. Seusai salat zhuhur bersama, siswa asal Pulau Dewata ini menulis kosa kata harian yang harus dihapal dan dipahami. Saya dukung bila ia mau melanjutkan sekolahnya ke Universitas Sains Malaysia, di mana English Literature berada di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan (School of Humanities), tempat saya menyelesaikan sekolah.
Sebagai wujud dari ikatan batin dengan pondok Annuqayah, kami menggelar pertemuan bulanan dengan mengkhatamkan Alqur'an. Sama dengan Rifqi, mahasiswa UNUJA yang bergiat di IKMASS dengan pembacaan Ratibul Haddad. Nah, soal pilihan menolak kenaikan harga BBM, itu berpulang pada pilihan ideologis masing-masing sebaga warga negara. Saya memilih, tolak dan lawan!

 

Friday, September 09, 2022

Menjejaki Tapak

Setelah mengalami iritasi lambung, saya berusaha tidak minum kopi lagi. Padahal, pagi dengan secawan qahwah, saya merasa segar dan bugar. Sekarang, saya membawa bekal minuman dengan irisan buah. Berkah.

Sekali waktu, tatkala bersepeda ke kampus, saya melihat seseorang menikmati secangkir kopi seraya duduk tenang di atas lincak di depan sebuah warung bambu di pagi hari. Betapa bahagia orang yang menyesap minuman ini. 

Ini dulu. Kini saya bisa menikmati kopi dengan takaran terukur. Kadang, saya hanya ingin merasakan panasnya, di lain masa, dinginnya. Suasana naik turun ini hakikatnya berada dalam ruang. Kita hidup dalam situasi, bukan?  

 

Thursday, September 08, 2022

Rumadi Ahmad

Saya mencermati dengan baik apa yang disampaikan oleh Pak Rumadi Ahmad dalam Muktamar Pemikiran Mahasiswa 1 di IAIN Ponorogo, 6 September 2022.
Dengan mengurip Ahmed T Kuru, Rumadi menegaskan bahwa persekutuan ulama, politik, intelektual dan ekonomi menentukan maju mundurnya dunia. Tetapi model aliansi kelompok tersebut tidak bisa diterapkan di Indonesia. Tesis ini sangat menarik.
Kegiatan ini bukan sekadar pemenuhan "administasi" seperti disampaikan oleh WK 1 dalam sambutannya, tetapi juga perolehan semangat berkarya yang otentik, substansi dari gagasan dan percakapan. Apa yang menyenangkan dari kegiatan ini adalah peserta berebut untuk mengajukan pandangan dan pertanyaan. Hidup mahasiswa!

 

Kawan Baru

Setelah ngobrol dgn mahasiswa dalam muktamar pemikiran, kami menikmati sate Tukri di Jalan Lawu Gg Sate, Ponorogo. Meskipun berada di gang sempit, namun warung ini menjadi tujuan banyak pengunjung dan pelancong.
Semoga Pak Iswahyudi nanti juga bersedia mengudap sate dan gulai di Jalan Gus Dur Kraksaan, Probolinggo. Selera tentu berbeda, namun kehangatan pertemanan mendorong ktia untuk merasa nyaman. Dengan sepuluh tusuk dan segelas teh hangat, kami bercanda dengan Pak Ainurrohim, CEO Berita Jatim, Mas Arwan, lulusan IAT yang menjadi komisioner KPU Ponorogo.
Sebagai dosen KPI IAIN Ponorogo, murid Pak Amin Abdullah ini juga mengelola kanal. Sila lihat di sini: https://youtu.be/PmZ3i-YdpTY. Betapa menyenangkan mendengar ulasan Pak Iswahyudi tentang etika membuat konten kanal. Tabik, Pak.

 

Wednesday, September 07, 2022

Al-Bidayah wa Al-Nihayah

Pagi-pagi, para santri bersiduduk untuk mengaji kitabAl-Bidayah wa al-Nihayah, yang dibawakan oleh Kiai Mujiburrahman Zaini. Di sini, mereka belajar keadaban, ketahuan, dan kearifan.


Sang kiai istikamah (baku dlm KBBI, bukan istiqamah) mengajar agar mereka juga berdisiplin. Sebelum pukul tujuh, mereka telah bergiat untuk menyuburkan tradisi pemahaman turats. 

Di masjid, mereka fokus pada semantik dari teks kitab kuning. Sebermula dari kata, semua hal terkuak. Kepekaan ini diperlukan agar hadarah al-nash (kebudayaan teks) dibarengi dengan nalar "kritis". Pembacaan seperti ini terkait dengan persoalan sehari-nari. 

Menalar Islam

Menalar Islam: Menyingkap Argumen Epistemologis dari Abdul Karim Sorouh oleh Prof Aksin Wijaya. Saya memulakan bacaan di musala kawan rehat (Rest Area) tol Jombang.

Mengapa mengulik gagasan sarjana Iran? Apa pikiran Soroush bisa dijadikan teropong untuk melihat Islam keindonesiaan kita? Mesti diakui, meskipun negeri para Mullah ini memiliki warga beraliran Sunni, namun kesadaran serta merta kaum Sunni mengidentikkan negara yang dicap Poros Kejahatan oleh G W Bush Jr sebagai pengikut Ali. Apakah kita kemudian tidak mau memeriksanya? Tidak. 

Keterangan: maaf kamera telepon "rosak", sehingga gambar buram. Mata saya juga mulai kabur. Mungkin ini isyarat dari langit, mata batin mesti tajam.

Sejarah Kenabian

Buku adalah juga kisah pengalaman pribadi. Ahsin Wijaya merekam penelusuran karya tafsir nuzuli Darwazah, asal Palestina, di Mesir dan di Maroko.

Ada hubungan emosional pengkarya dengan banyak orang yang melukiskan proses kreatif melalui naratif. Ini menegaskan bahwa semangat berkarya itu berasal dari banyak teman, guru, dan institusi. 

Pembaca tentu juga akan menempelkan pemaknaan pada pembacaan secara personal. Setidaknya, stempel Spiderman dan rautan berupa ekskavator berkait dengan Zumi, yang turut serta dalam perjalanan ke kota Kiai Besari dan Batara Katong, Ponorogo.

Sebagai pengajar Semantik dan Ma'anil Quran di UNUJA, saya bisa menambah asupan rujukan. Dari kawan, jalan pengetahuan lempang. 

Sunday, September 04, 2022

MIT dan Kita

 

Biaya S1 di MIT sebesar Rp 800 juta pertahun. Apa perguruan tinggi tempat Noam Chomsky mengajar bikin pelajar pintar? Dalam teori Swimmer's body illusion, tidak. Kebetulan yang masuk ke sini telah tersaring secara "otomatis".
Lalu, apa unuversitas kelas dunia? Institusi yang bisa menjadikan kelas sebagai jalan untuk memantapkan tabiat dan terampil warganya untuk mengatasi masalah lingkungannya.
Obama adalah lulusan Harvard. Tetapi, tangannya berdarah di Libya. Mantan presiden Amrik ini tak punya adab. Pendek kata, pendidikan itu tidak hanya mendidik minda (mind), tetapi juga hati (heart).
Sumber foto: Detik.

Batik Sekar Mulyo

Terima kasih atas buah tangan batik Sekar Mulyo dari rekan-rekan Infid. Kainnya dijahit di penjahit tetangga. Mematut diri adalah memahami diri, yang justru paling sulit untuk diraih makna otentiknya. 

Ini adalah hari pertama  dikenakan. Bila ini Indonesia, saya setuju. Kita bisa memakai motif Rembang atau daerah lain. Tetapi, Anda bisa menggunakan jubah, serban, dan dasi jika mereka membuat Anda nyaman. Negeri ini tidak bisa dibatasi oleh kebayanya Dian Sastro, anak filsafat UI itu.

Kalimat kebaya adalah identitas Indonesia seraya mengandaikan yanglain adalah asing jelas lancung. Kebudayaan adalah wujud dari kehendak untuk menyerap gagasan yang telah dipikirkan, disesuaikan dan dipraktikkan. Ia bisa diserap dari banyak sumber dan asal. Bila kita menerima kreativitas China, maka kita juga tidak menampik Arab, Eropa, dan lain-lain. 

Murid Sunan Kalijaga

Bertemu dgn Mas Zainul Abas di Jember. Setelah sekian lama tak bersua, kami tetap menyatu di bawah guru Sunan Kalijaga.