Jarum jam menunjuk angka 11. Sebelumnya, saya, isteri dan Nabbiyya memilih duduk di kursi putih yang sediakan oleh panitia pemilu Kantor Konsulat RI Pulau Pinang. Ibu Biyya memilih mencoblos langsung, sementara saya mencoba turut serta dalam pesta demokrasi kali ini melalui surat pos.
Lihatlah! Pelancong Indonesia ke Pulau Mutiara ini saling berfoto ria sebelum menunaikan pencoblosan. Demikian pula buruh migran perempuan tidak melewatkan mengabadikan peristwa lima tahu sekali dengan bergambar bersama. Mereka jelas mengambil sudut yang disuka, seperti latar nama konsulat atau baliho pemilu 2014.
Tak lama kemudian, ada seorang ibu dari Madura. Ia bersama si kecil dan suami jauh-jauh datang dari Air Hitam untuk mengikuti perhelatan demokrasi terbesar ketiga di dunia. Dengan hanya berbekal paspor, keduanya menitip amanah pada calon wakil rakyat dari Daerah Pemilihan Jakarta II. Semoga, harapan mereka tak terburai oleh kenyataan bahwa tak jarang kepercayaan keduanya tak sempat didengar. Mari berhitung! Berapa kali wakil rakyat terpilih pada pemilu 2009 datang ke Pulau Pinang? Nihil.
Lihatlah! Pelancong Indonesia ke Pulau Mutiara ini saling berfoto ria sebelum menunaikan pencoblosan. Demikian pula buruh migran perempuan tidak melewatkan mengabadikan peristwa lima tahu sekali dengan bergambar bersama. Mereka jelas mengambil sudut yang disuka, seperti latar nama konsulat atau baliho pemilu 2014.
Tak lama kemudian, ada seorang ibu dari Madura. Ia bersama si kecil dan suami jauh-jauh datang dari Air Hitam untuk mengikuti perhelatan demokrasi terbesar ketiga di dunia. Dengan hanya berbekal paspor, keduanya menitip amanah pada calon wakil rakyat dari Daerah Pemilihan Jakarta II. Semoga, harapan mereka tak terburai oleh kenyataan bahwa tak jarang kepercayaan keduanya tak sempat didengar. Mari berhitung! Berapa kali wakil rakyat terpilih pada pemilu 2009 datang ke Pulau Pinang? Nihil.
No comments:
Post a Comment