Tuesday, October 30, 2012

Menikmati Sore


Biasanya kami berlari di seputar perumahan, baik pagi atau sore. Kali ini, kami mengunjungi taman D'Aman, tak jauh dari rumah, untuk melemaskan otot. Mengelilingi jalan berkonblok, saya bisa menikmati danau dan hijau dedaunan, bahkan kicauan burung. Kehadiran pengunjung yang juga bersukan di sini menambah semangat untuk memeras keringat.

Dengan langit cerah dan sinar matahari tak menyengat, saya memerhatikan begitu banyak pengunjung menikmati waktu menjelang senja. Lihat pulau kecil yang berada di tengah-tengah air itu! Dengan perahu atau kayak, siapa pun bisa menyentuhnya. Namun, mereka harus memakai jaket pelampung untuk keselamatan. Semakin menjelang malam, banyak pengunjung berdatangan dengan pelbaga rupa kegiatan, seperti memberi makan ikan dengan pakan yang dibeli seharga 1 Ringgit, bercengkerama dengan keluarga atau teman, sementara anak-anak kecil berlarian di rumput.

Setelah penat, mereka pun mengunjungi warung makan dan minuman di tenda putih itu. Di sana mereka bisa menikmati pelbagai menu makanan, seperti mie goreng dan cucur udang serta aneka minuman, dari kaleng hingga buatan tangan. Fasilitas umum ini bermanfaat bagi banyak warga tanpa harus merogoh kantong untuk menikmatinya dan makanan yang disediakan juga tak mahal. Ruang seperti inilah yang akan mengeratkan hubungan antar anggota keluarga, yang pada gilirannya  akan menumbuhkan kebahagiaan. 

Thursday, October 25, 2012

Pagi


Onde-onde dan kopi ini hadir pada sebuah pagi. Hari ini, kopi juga menemani saya di rumah, tetapi kudapannya berbeda. Biasanya kami menikmatinya sambil membaca surat kabar. Hari ini, saya tidak mengasup berita, tapi berbincang dengan ibu si kecil. Kesimpulannya, dunia anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Kami kadang ingin menjejalkan banyak hal untuk kebaikan dan masa depan Nabbiyya, padahal ia hanya memerlukan teman untuk bermain, bukan belajar seperti anak-anak yang sudah bersekolah. Pada akhirnya, kami hanya memberinya jalan bagaimana ia membawa diri di masyarakatnya dan menemukan kesenangan dan minat yang mungkin tak sepenuhnya sama dengan orang tuanya.

Perlahan tapi pasti, si kecil belajar dari televisi dan lingkungannya. Adakah kita telah menciptakan ruang yang baik bagi si kecil dan kawan-kawan seusianya? Jauh lebih penting, adakah sebagai orang tua kita bisa menjadi rujukan bagi tindak-tanduknya? Akhirnya, kita sebagai orang tua bertungkus-lumus untuk mewujudkan lingkungan yang nyaman bagi anak-anak kita secara bersama-sama. Pendek kata, setiap rumah harus membuka diri bagi kehadiran anak-anak untuk merasa nyaman .

Dengan apa mereka dibesarkan? Tradisi, namun mereka membuka diri bagi kebudayaan luar. Terkait makanan, pertama kali mereka harus merasakan kudapan lokal, sebelum mencicip rasa jajanan luar.  Bayangkan kalau anak-anak kita menyoal kita, berapa lama kita harus membuang waktu hanya untuk meletakkan biji wijen satu per satu di kulit onde-onde itu? 

Monday, October 15, 2012

Buku tentang Anak


Perpustakaan menyediakan banyak buku tentang pelbagai persoalan, termasuk hal perkembangan anak-anak. Seperti gambar di atas, begitu banyak buku mengulas dunia mereka. Kita hanya perlu membukanya dan mencoba melihat bagaimana keadaan anak-anak kita?

Tuesday, October 09, 2012

Senang itu Mudah


Pleasure is the end...freedom from pain in the body and trouble in the mind ~ Epicurus, "Letter to Menoeceus"

Pagi ditingkahi oleh matahari yang bersinar terang. Setelah semalam hujan, pohon-pohon itu sepertihya habis mandi, sehingga tubuh hijaunya benderang dan debu yang menempel luruh. Kaki ini pun menikmati setiap ayunan. Saya selalu melalui jalan ini, yang menghubungkan ruang kuliah, kantin dan perpustakaan. Kalau kita tergesa-gesa suasana menjelang siang akan terlewat begitu saja. Namun, kalau kita berusaha mereguk udara dan menghembuskan secara perlahan, maka kita dengan riang merasa lega. Kita tinggal menghitung waktu dalam merancang perjalanan.

Mungkin karena udara mengandung air, matahari yang berada di atas kepala tak menyengat. Tangan ini membawa buku untuk dikembalikan ke perpustakaan. Gambar sampul mengingatkan saya pada waktu kecil, ketika kami bersekolah dan mengaji di surau dengan sarung dan songkok. Meskipun jarak ke perpustakaan agak jauh, saya memilih berjalan. Setiap jengkal dari tanah ini menyimpan banyak cerita yang mungkin kadang tak sempat mampir di benak karena kadang langkah terburu-buru telah mengabaikan setiap detik kesenangan hasrat alamiah, manusia bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Ritual berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain di kampus menerbitkan kesegaran. Benar kata Epicurus, hasrat untuk menyangkal ini adalah kesia-sian. 

Sunday, October 07, 2012

Membaca dan Bermain


Anak kecil ini sebagaimana kawan sebayanya akan memilih rak buku untuk anak-anak, yang banyak menyuguhkan gambar. Di benaknya, mungkin gambar itu menyimpan seribu kata. Sementara orang tua akan memilih rak lain yang berisi buku fiksi atau bukan fiksi. Toko buku menyediakan pilihan pada pengunjung. Mereka asyik dengan dunianya masing-masing. Meskipun berada di satu tempat yang sama, mereka bertenggang rasa, tak ada yang ribut atau menyoal kegemaran orang lain. Di sini, sebagaimana di perpustakaan, orang ramai tak bising, tetapi menekuri bacaan, menyemai pengetahuan. Orang yang mau belajar tidak menyukai kegaduhan.

Setelah penat membuka lembaran buku, si kecil pun beranjak ke tempat permainan. Di sana, ia berpindah dari satu tempat ke tempat aneka permainan. Ia pun meminta untuk diambilkan gitar. Mungkin televisi telah mengajar bagaimana seseorang menemukan keriangan dalam musik. Tak ada bedanya dengan orang dewasa, anak kecil tak hanya memerlukan bacaan, tetapi juga permainan. Kecerdasan tak melulu soal menghitung dan membaca tetapi memetik gitar juga dianggap sebagai tanda kepintaran, yang disebut kinestetik oleh Gardner. Namun, ia belum bisa menikmati dengan utuh. Semua dilakukan seraya sambil lalu dan rasa ingin tahu. Jalannya masih panjang.

Kita yang dewasa bertanggungjawab memberikan ruang bagi anak-anak agar mereka berkembang dengan wajar. Dengan membaca dan bermain, kita akan menjadikan masyarakat luas untuk berpikir agar tak fakir dan menikmati hidup supaya tak redup. 

Puasa [7]

Saya berfoto dengan Hikam, mahasiswa Elektro, yang menjaga portal pondok. Di sebelahnya, ada temannya, Febi, yang juga bertugas. Nama terakh...