Saturday, October 29, 2011

Pintu Masuk

Sekarang, siapa pun tinggal mengayunkan kaki dan memilih buku apa yang akan digunakan untuk meneroka pengetahuan. Kunci dari kehendak kita adalah segera membuat pilihan, sebelum semuanya raib dihembus angin malam.

Sunday, October 23, 2011

Makan Pikiran


Makan pikiran? Dua kata ini mungkin tak lazim. Ia bisa dimaksudkan sebagai keadaan yang membuat kita banyak berpikir. Masalahnya, kata banyak pikiran mengandung maksud situasi tidak nyaman. Padahal, bukankah banyak pikiran sepatutnya menyenangkan karena kita mempunyai banyak pikiran, bukan sedikit pikiran? Lalu, bagaimana apabila kita membaca buku Food and Philosophy? Adakah "Belly Happiness" sebagaimana dilaungkan oleh Epicurus hanya berhenti pada pemenuhan kesenangan fisik semata-mata?

Wednesday, October 19, 2011

Mendaki menuju Puncak

Mendaki itu melelahkan, sebagaimana memahami buku di atas juga memenatkan. Mengapa orang perlu berlelah-lelah untuk menggapai puncak? Karena yang dituju itu ada di sana. Awas, mata Sysyphus mengintai!

Monday, October 17, 2011

Hak Hidup Rumput


Rumput ini baru saja bernapas lega. Ia memerlukan waktu untuk terus tumbuh dan menutupi tanah yang masih terlihat. Biarkan tanaman itu terus mekar! Hati-hati, jangan sampai kita mengakhiri hidupnya.

Thursday, October 13, 2011

Keluar dari Kemelut


Kutipan di atas diambil dari sebuah kantin. Mungkin, ia sengaja diletakkan agar pengunjung bisa berpikir jernih setelah makan dan kenyang.

Wednesday, October 12, 2011

Beretika itu Mudah

Di dalam kelas, saya bercerita pada murid bahwa belajar etika itu mudah. Kita naik saja bus etikaExpress.

Saturday, October 08, 2011

Jum'atan di Masjid Tua

Masjid Zahir mulai dibangun pada 11 Maret 1912 dan diresmikan oleh Sultan Abdul Hamid Halim Shah pada 15 Oktober 1915. Ia menjadi penanda negeri Kedah. Menunaikan shalat Jum'at di sini, saya merasa diseret ke masa lalu.

Seperti biasanya, si khotib akan mengingatkan jamaah agar tidak bercakap-cakap karena ia menghilangkan keutamaan kewajiban ini. Saya pun diam dan mengambil pena untuk menulis kata-kata kunci terkait kandungan khotbah. Di hari itu, tema yang dibahas adalah hasad dan dengki. Dengan menyuguhkan cerita Habil Qabil, dua putera Nabi Adam, dan Nabi Yusuf, penggambaran dua sifat etika buruk ini tampak hidup. Jamaah tentu tak perlu mengerutkan dahi untuk mencerna pesan moral.

Meskipun si khotib menggunakan bahasa Malaysia, namun saya memastikan ia adalah warga Indonesia. Logatnya berbeda dengan warga jiran ini. Kata-kata hairan, terbuku, hodoh, membelakangkan, dan lain-lain adalah kosa kata yang jamak digunakan, namun pengucapan sahaja dengan huruf akhir tidak diucapkan [e] menunjukkan ia memang bukan warga lokal. Suaranya pun terdengar seperti anak kecil dan mencoba untuk bergaya seperti dai sejuta umat, Zainuddin MZ. Boleh jadi, pengkhotbah itu adalah mahasiswa KUIN (Kolej Universiti Insaniah).




Sunday, October 02, 2011

Sentosa

Mereka sedang menikmati alunan salawat. Saya pun hadir dan menemukan masa lalu, ketika orang-orang kampung berdendang, merindukan sang Nabi. Saya hanya perlu melangkahkan kaki dari rumah untuk menikmati burdah, barzanji, dan ratib al-Haddad di surau yang berada di kompleks perumahan. Ketika larik Ya rabbi bil musthafa balliqh maqashidana waghfir lana ma madha ya wasi'al karami dibacakan, saya diserbu oleh angin surga. Kadang, suara sang nasyid ditingkai oleh nyanyian burung Tekukur, atau di Kedah disebut Merbok.

Jauh sebelumnya, saya telah merencanakan datang ke acara di atas. Dengan berbekal selebaran yang didapatkan dari Masjid Besar al-Muttaqin, saya mengetahui bahwa surau kami akan menghelat Program Kuliah Sehati dan Ummah Berselawat. Bersama dengan Habib Ali Zainal Abidin al-Hamid, Habib Ubaidillah al-Habsyi dan Ustaz Hafiz bin Mustaffa Lubis, acara ini akan dibuka dengan bacaan hizb, yang dipimpin oleh sang ustaz terakhir.

Dari dekat, saya memerhatikan jamaah yang datang dengan aneka pakaian, seperti serban dan jubah, baju Melayu, sarung dan kopiah putih, malah anak-anak kecil hanya memakai kaos dan celana. Di serambi surau, seorang ibu menggelar jualan jajanan. Di Jum'at pagi itu, suara kendaraan memecah keheningan rumah-rumah kami. Orang-orang berdatangan. Mereka ingin menikmati taman surga, dengan mengikuti majlis zikir dan ilmu.

Puasa [7]

Saya berfoto dengan Hikam, mahasiswa Elektro, yang menjaga portal pondok. Di sebelahnya, ada temannya, Febi, yang juga bertugas. Nama terakh...