Monday, February 25, 2013

Koran dan Puncak Pengetahuan

Secara kejiwaan, tubuh ini perlu ruang untuk bisa merasa kenyamanan. Ahli desain interior membantu kita. Tentu saja, pendekatannya subjektif, meskipun didasari pandangan-pandangan 'objektif' tentang benda yang terkait dengan hidup manusia.

Surat Kabar Harian Metro ini tidak hanya memuat berita tentang kriminalitas, gosip artis, atau politik, tetapi juga rubrik dekorasi. Adakah ruang kita telah memenuhi standar minimum kenyamanan, lebih-lebih keselamatan?

Selain itu, koran terbesar di Tanah Malaya ini juga memberikan kesempatan pada insan akademik untuk berbagi pandangan, cerita atau pemikiran di rubrik Pena Kampus. Saya pun pernah turut serta  untuk  meramaikan pengetahuan khalayak tentang filsafat sehari-hari (silahkan baca di sini). Betapa pun koran hari ini dianggap bacaan ringan, seharusnya siapa pun harus memikirkan untuk menjadikannya ajang menyederhanakan pengetahuan yang rumit bisa diakses oleh orang ramai. Kata Stephen Hawking, fisikawan, puncak pengetahuan itu adalah pernyataan yang bisa dipahami oleh semua lapisan orang. 

Monday, February 18, 2013

Menjaga Alam Kita

Adakah gambar ini bercerita sesuatu pada Anda? Ya, roti dan Panadol Soluble sedang tergeletak di sebuah meja. Adakah makna lain? Kita tinggal menempelkan sejuta tafsir.

Saya membelinya di toko kampus. Ketika penjaga mau membungkusnya, saya pun berucap lirih, tak payah Kak. Kita kena menjaga alam sekitar dengan mengurangkan tas plastik. Adakah orang lain juga melakukannya, tukas si kakak? Saya berusaha untuk menyampaikan pesan ramah lingkungan ini pada mahasiswa. Mari bersama-sama menyayangi alam yang sudah tua ini.

Dengan tas di tangan, saya tak memerlukan tas plastik. Sebelum pergi, si kakak berpesan, hati-hati, roti boleh lenyek! Tak, pe! Jawab saya. Kadang langkah-langkah kecil itu mendatangkan kesenangan besar. Tak hanya itu, saya juga berusaha untuk mematikan lampu dan komputer ketika beranjak dari ruangan dosen kampus.  Apakah aksimu untuk keselamatan bumi ini? 

Wednesday, February 13, 2013

Makna Indonesia bagi Malaysia

Pendapat yang dimuat di Koran Kontan (12/2/13) ini adalah catatan dan langkah kecil. Kalau  ingin memamahami catatan besar, kita bisa memerhatikan apa yang dilakukan oleh Prof Yusril Ihza Mahendra dan Encik Karim Raslan. Keduanya tidak hanya mengerti hal-ihwal keserumpunan dan hambatan yang membelenggu dua saudara ini, tetapi juga mempunyai akses pada petinggi kedua negeri.

Kita hanya perlu menerjemahkan ide-ide mereka bagaimana kedua negara ini mengucap janji dan mewujudkan amanah dengan bukti. Pendek kata, setiap orang bisa membawakan dirinya sebagai agen yang bisa mengaut keuntungan dari hubungan keduanya, meskipun tidak melulu materi, tetapi juga hubungan yang lebih bersifat emosional-spiritual.

Akhirnya, tantangan yang paling berat dari dua tautan negeri ini adalah rakyat  yang mendiami tanah airnya masing-masing. Merawat kedaulatan pada ujung-ujung adalah memberikan kesejahteraan bagi setiap warga yang ada di dalamnya. Kepalan tangan, teriakan sumpah-serapah dan penumpahan kekesalan pada liyan acapkali tak lebih dari cara kita untuk menutupi kelemahan. Orang yang kuat adalah orang yang mau bekerja untuk mewujudkan gagasan besar tentang kemakmuran, keadilan dan kesetaraan di lingkungannya masing-masing.

Syawal Ketujuhbelas

Biyya mendapatkan hadiah ulang tahun berupa novel dari Tante Ana. Dua anak imigran China di Melbourne, Australia hendak menautkan rasa di se...