Monday, August 21, 2017

Sekolah Anak

Pihak sekolah mengundang orang tua wali untuk menghadiri pertemuan dengan guru kelas empat. Acara ini dilaksanakan di ujung Minggu pertama sebelum kami mengikuti ceramah kepala sekolah, Dr Norman, di dewan serbaguna. Ehm, sepertinya saya harus duduk di sini untuk belajar bagaimana mengurus pendidikan anak.

Miss Joane menjelaskan banyak hal terkait dengan proses pembelajaran dan pengajaran. Selain itu, cikgu yang berasal dari Filipina ini mempersilahkan orang tua untuk mengajukan pertanyaan dan usulan. Sebuah pertemuan yang bermanfaat!

Dengan pemaparan silabus selama satu semester, anak tak hanya belajar di sekolah tetapi juga di rumah. Ibu guru yang menyelesaikan S1 Pendidikan dalam jurusan Matematika di Australia tersebut meminta ayah atau ibu untuk menemani anaknya membaca buku yang menjadi bahan pelajaran bahasa Inggeris setidak-tidaknya 15 menit, sehingga dalam satu Minggu murid bisa menyelesaikan tugas membuat laporan isi bukur, terkait watak, alur dan konflik. Terima kasih UUM IS!

Tentu, saya tertarik dengan Kajian Sosial, yang bagian 1 berjudul Kebudayaan dan Identitas. Di sini, murid diminta untuk mengungkapkan dirinya sebagai individu yang unik dalam hubungannya dengan keluarga dan komunitas. Setelah mengenal dirinya, murid diharapkan bisa mengidentifikasi keanekaragaman struktur sosial tempat mereka hidup, belajar, bekerja dan bermain bersama. Sejauh ini, dalam praktiknya, murid di UUM IS telah melakukannya mengingat murid yang belajar di sini belajar dari pelbagai latar belakang. Akhirnya, perbedaan itu dipahami sebagai kekayaan, bukan kekangan.

Namun demikian, pendidikan Islam penting bagi orang tua murid mengingat anak-anak mereka tidak bisa mengikuti kelas KAFA (Madrasah Diniyah) seperti rekan-rekannya yang belajar di sekolan negeri. Oleh karena itu, mereka menanyakan apa yang akan dilakukan oleh gurunya, Abd Rahman, asal Aljazair, untuk memastikan buah hatinya bisa menjalankan kewajiban agama dengan baik. Ya, sejatinya tujuan pendidikan adalah menjadikan mereka menjadi orang yang berwatak baik.


Monday, August 07, 2017

Konser dan Tahlil

Catatan pendek ini dimuat di koran Pikiran Rakyat. Dengan penamaan wisata, rubrik ini hendak melihat kata sebagai arena untuk mendatangkan kesenangan. Perjalanan ke tempat yang menggembirakan tentu menjadi impian setiap orang.

Demikian pula, bahasa adalah tempat orang yang hendak menemukan keseronokan. Betapapun abstrak, kata adalah wujud dari kenyataan yang hendak digambarkan oleh penikmat yang hendak dicicipi. Ia bisa menyembunyikan dan menampakkan pada waktu bersamaan.

Kata pada akhirnya adalah alat seperti jaring yang hendak menangkap ikan (makna). Kegagalan memahami alat penangkap bisa jadi akan menyebabkan binatang yang dipancing tak sesuai harapan. Kalau hendak mengail ikan di sungai mungkin kita tak perlu jaring, bukan?

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...