Tuesday, November 29, 2022

Hidup yang Tenteram

Filsafat semestinya kembali pada persoalan abadi di awal kemunculannya, yakni bagaimana hidup tenteram (good life) bisa dicapai. Setelah menjalani pengalaman panjang belajar ilmu Yunani sejak S1(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) hingga S3 (Universiti Sains Malaysia (USM), hakikatnya kehidupan mesti berpijak pada masa, suasana, dan dengan siapa kita berbagi dalam sehari-hari.
Phronimos adalah hidup yang asli karena diri bersama liyan, meskipun kita akan memilih orang lain yang boleh diajak untuk membangun komunitas yang ideal. Pendek kata, kita tidak bisa menjadi Diogenes untuk bersikap egois dengan kepercayaannya tentang kesederhanaan. Apakah utopia? Kenyataannya, keterlibatan warga dalam satuan terkecil, Rukun Tetangga, tidak sepenuhnya, karena masing-masing memiliki preferensi dalam banyak hal.

Bahkan dalam kelompok yang monolitik, kita tidak mudah memobilisasi warga untuk berjemaah subuh. Meskipun demikian, ada kegiatan lain yang menyebabkan mereka bergotong royong untuk menyukseskannya, seperti perayaan Maulid Nabi. Masing-masing membawa makanan untuk bertukar setelah kegiatan. Salah satu dari mereka membuat pohon uang, yang daunnya Rp 2000 akan diberikan pada anak-anak yang hadir agar mereka memiliki kenangan yang indah tentang kelahiran panutan. Di sini, kita sejatinya merayakan nilai.
 

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...