Ini tulisan kritis dari Sdr Taufiqurrahman. Tentu, dosen Filsafat UGM ini telah menyusun kata sedemikian rupa agar khalayak pembaca bisa mencerna.
Pertimbangan etis mengemuka, meskipun sebagai model bahasa AI ChatGPT memang tidak berada di posisi polisi moral.
Masalahnya, bertanya bukan soal mudah. Justru, filsafat menuntut seseorang untuk mengajukan pertanyaan eksistensial yang ini adalah pergulatan pribadi.
Lalu, apa pertanyaan publik pada umumnya? Kiai Anwar Zahid dan Kisi Abdullah Sattar telah menjawabnya sesuai alam pikiran mereka. Sejauh ini, orang awam puas setelah menikmati kelakar dari dua penceramah tersebut.
Bagi sebagian orang, hidup ini dipikirkan. Bagi orang banyak, ia diperjuangkan agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apakan tidak, tatkala saya bertanya pada ChatGPT, how can I earn money easily? Ia menulis tausiyah seperti motivator kawakan.
Sumber gambar: Jawa Pos.
No comments:
Post a Comment