Dari kekacauan dan siksaan revolusi, dan perjuangan terus-menerus melawan despotisme, Omar Robert Hamilton telah menggambar sebuah novel dengan kekuatan emosional dan intelektual yang besar. The City Always Wins adalah fiksi langka yang mengingatkan kita, dengan kearifan tentang kekerasan dan ketimpangan, duka dan kehilangan, bagaimana politik bagi banyak orang saat ini adalah cara untuk hidup - dan mati. ~ Pankaj Mishra
Banyak "endorsement" lain yang dapat menyemangati kita membaca novel berlatar Arab Spring ini. Tokoh, alur, dan dialog adalah penganggit cerita untuk membuat hidup bisa dipahami.
Kita pun bisa menyusun kisah kita sendiri di sini. Tatkala kekuasaan despotik bermaharaja lela, kita tak lagi bisa diam. Setidaknya, sikap kita tercatat di media sosial. Sial! Apa pun, buku yang saya beli di Kinokuniya KLCC untuk Biyya bisa menjadi sumber pengetahuan dalam bentuk fiksi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ngobrol dengan Romo
Kemarin saya ngobrol dengan Romo Ignatius Budiono di sela-sela diskusi agama-agama Forum Kerukunan Umat Beragama yang bertempat di Aula Pimp...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...

No comments:
Post a Comment