Abaikan rambut saya yang tak seperti biasa ketika berfoto, rapi jali, seperti Harmoko. Mas Yanuar, editor, memberitahu saya melalui WA bahwa di waktu rehat siang karyawan berjamaah. Ya, saya sempat melakukannya ketika berkunjung ke Mas Edi Mulyono. Tak hanya soal produksi pengetahuan, justru, perbincangan kami berkisar tentang masa depan pendidikan anak. Si sulung Mas Edi akan berkuliah ke negeri Matahari Terbit, tempat kelahiran Toshihiko Izutsu.
Tak terpikir, seusai sembahyang mereka berzikir dgn menyebut asma'ul husna, yang ditutup dgn sifat dua puluh. Setelah sekian tahun, baru kali ini saya melantunkan wujud, qidam, baqa' dst setelah salat bersama. Dulu, kami melakukannya di surau sesudah magriban. Kiai Tamhid dan teman-teman tetiba berlegar di kepala, betapa saya membesar dalam tradisi Asy'ari. Pengalaman ini semacam panggilan untuk merawat kebiasaan ini lagi.
Tak pelak, ketika menjelaskan aliran Kalam di kelas, ikatan emosional terpatri pada Asy'ari, seraya ide Mu'tazilah sering menggoda untuk diterokai. Apa mungkin kita beralih terbalik?
Friday, September 19, 2025
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Sarwaan
Apa pun boleh bubar, tapi tidak kebersamaan. Kita bisa bikin lembaga baru dengan nama yang lain. Semangatnya sama saja: hidup dengan liyan. ...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...

No comments:
Post a Comment