Jumatan kemarin sangat menyenangkan. Sang pengkhotbah, Ustaz Daniel memukau jamaah. Saya pun tidak mengantuk. Beliau mengungkap peristiwa Palestina dan ketidakadilan Barat, nun jauh di sana. Tapi, kemampuan retorikanya mampu mendekatkan dengan kami yang tepekur dengan artikulasi khotbahnya. Ya, semoga bumi Palestina segera damai agar tak ada lagi penistaan pada kemanusiaan.
Hari ini, sepanjang jalan saya menikmati butiran peristiwa yang menghinggapi mata. Panas terik membuat alam terang benderang, seperti mengusir gundah, daun pohon berguguran berpendaran diterpa sinar mentari, lalu lalang orang yang menghadiri wisuda, wajah cerah dari mereka yang menyelesaikan kuliah, satpam kampus yang baik hati, pekerja warung India yang bekerja seperti mesin, dan kembali berkutat di depan komputer.
Terlalu banyak untuk diurai, tapi semua menyiratkan sejuta makna. Meskipun, tafsir itu tetap berpijak pada saya 'yang subjektif'. Terus terang, saya menikmati perjalanan di dalam kampus, baik dengan motor atau jalan kaki. Ada jembatan yang membelah dengan air yang cetek, danau buatan yang dipenuhi pohon dan burung-burung bersenda-gurau, jalanan yang relatif bersih, bangunan yang enak dilihat meskipun tidak megah, dan hujan menambah hijau rumput hingga mata teduh.
Tidak harus membeli terlalu mahal akan kenyamanan. Sekitar saya telah memberi lebih. Jika ingin berselancar di internet, saya tinggal ke kampus dan klik tanpa harus membayar. Fasilitas olahraga yagn memadai, teman-teman Melayu yang baik, lalu bilik tv di lantai bawah lebih dari cukup untuk memuaskan keinginan menonton.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ruang Baca
Saya meletakkan pesan Pak Musa Asy'arie di loteng, tempat kami menyimpan buku. Berjuang dari Pinggir adalah salah satu karya beliau yan...
- 
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
 - 
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
 - 
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
 
No comments:
Post a Comment