Novel ini membuat saya sesak, haru dan mengguncang. Sebuah alur yang menghentak batin. Jika ia mampu menggerakkan saya setelah membaca, semoga ini akan terus berlanjut. Namun, saya harus mengembalikannya, sebab ia novel penting dan bisa dibaca banyak orang. Semoga!
Karya yang ditulis oleh Motinggo Busye ini dipuji banyak pengamat sastera. Meskipun, itu tidak terlalu mempengaruhi saya dalam mengambil sikap. Saya mempunyai cara sendiri membaca sebuah karya.
Mungkin, harapan saya adalah berbagi dengan teman-teman untuk turut membacanya. Dari sini, penikmat novel ini akan saling menceritakan pengalamannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Aksi Massa
Saya tak minum kopi di dini hari, tetapi teh Gopek. Ia bukan sekadar hangat, tetapi juga nikmat. Dari masjid Baitussalam, surah al-Anfal dik...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
No comments:
Post a Comment