Tuesday, April 10, 2007

Mengapa Harus Humor?

Saya membaca humor yang dikirimkan oleh sahabat kita ini setelah penat memelototi huruf-huruf yang berserakan di layar komputer. Benar-benar humor yang membuat perut terguncang.

Namun, saya tidak akan mengomentari kejenakaan dari humor di bawah [termaktub dalam milis PPI], tetapi takjub ternyata Mas Supri suka melucu. Sebelumnya, kami hanya direkatkan dengan perbincangan serius dan terkadang pergi olahraga bareng. Tak ada tawa.

Ya, bersama waktu, kita akan mengenal lebih jauh orang yang menjadi bagian dari hidup kita. Ini sesungguhnya petanda bahwa sejalan dengan waktu kita akan tahu lebih banyak tentang orang lain, sehingga tak perlu 'menilai' liyan karena pasti gagal sebab masih ada segudang karakter yang masih terbenam di dalam kepribadiannya. Belum lagi, setiap orang akan mengalami transformasi disebabkan pengalaman hidupnya yang panjang.Ia adalah masa lalu, sekarang dan masa depan. Lalu, Anda mengukurnya dari sudut mana?

Selain itu, Mas Supri juga mengilhami saya untuk tak mengenal lelah menyapa Tuhan di surau flat Restu. Hampir dalam kesehariannya, beliau selalu menyempatkan diri untuk melakukan shalat jamaah lima waktu. Memang, ada juga teman lain, seperti Mas Hilal, Mas Ismet yang sering shalat berjamaah di musolla. Mengapa harus berjamaah? Saya rasa Mas Supri dan Mas Hilal bersedia menyediakan waktunya untuk berbagi di sini.

Pernahkah terlintas dalam benak kita bahwa shalat jamaah tidak akan merampas waktu kita? Ia hanya memerlukan waktu 10 menit. Untuk itu, kita tak perlu menunda lagi untuk tidak menyambangi rumah Tuhan selagi kita masih bisa mereguk napas yang diberikan secara gratis oleh Zat Maha Segala. Lebih dari itu, kata Bang Deddy Mizwar, Kiamat Sudah Dekat!

Ahmad Sahidah
Belajar istiqamah

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...