Di tengah hujan yang deras mengguyur, saya berjalan dengan payung di tangan mengunjungi toko buku. Kemarin, saya melihat tumpukan jurnal Pemikir yang belum diletakkan di rak. Saya ingin memastikan apakah tulisan saya berjudul "Peranan Intelektual di Zaman Globalisasi" dimuat. Sayangnya, karya tersebut belum bisa dibaca di jurnal tiga bulanan yang diterbitkan oleh Utusan Karya, perusahaan yang menaungi koran terkenal Utusan.
Lalu, saya kembali bermain dengan hujan dan menyusuri jalan yang tergenang air menuju mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di depan perpustakaan. Setelah mengantongi uang, saya melipat payung dan berjalan di sepanjang koridor. Dalam perjalanan kembali ke kampus, saya mampir ke pameran buku Penerbit USM dan membeli satu buku yang ditulis oleh Dr Suhaimi Abdul Aziz bertajuk Kecerdasaan Emosi dalam Kesusasteraan Kanak-Kanak. Agar pembacaan saya lebih kuat, saya menemui penulisnya di ruangan wakil dekan Fakultas Ilmu Humaniora untuk berbincang dan meminta tanda tangannya.
Meskipun, buku ini berbicara tentang tema kanak-kanak, tetapi saya bisa mengenal lebih dalam mengenai dunia psikologi. Apatah lagi, dalam bab awal, penulis prolifik ini mengurai pernak pernik kecerdasan. Tentu saja, poin yang paling mendapatkan tekanan adalah kecerdasan emosi, yang katanya, menjadi penentu keberhasilan seseorang dalam hidupnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment