Adalah wajar jika anggota dari organisasi keagamaan ini mempunyai pengikut keturunan India Muslim karena pendirinya adalah tokoh India ternama Muhammad Ilyas Kandahlawi pada tahun 1920. Namun, watak indianya tidak begitu kental setelah diadaptasi oleh Melayu Muslim. Tadi, mereka mengunjungi untuk kesekian kalinya surat tempat kami penghuni flat Bukit Gambir biasa berjamaah.
Saya memerhatikan imam shalat Maghrib dari kelompok ini berwajah Melayu dengan khas janggut panjang menggantung di dagu. Suaranya lembut dan doanya sehabis shalat menenangkan. Saya melihat wajah-wajah baru dari rombongan jamaah keagamaan ini. Olivier Roy, penulis buku Gagalnya Politik Islam, menyatakan bahwa organisasi ini tidak tertarik dengan politik dan lebih menekankan hukum. Mungkin karena watak inilah, mereka relatif tidak mendapatkan tantangan dari masyarakat.
Tadi, saya terserempak mereka sedang berjalan menuju ke lift untuk mengajak penghuni rumah susun menghadiri shalat Isya'. Ya, saya sendiri pernah dikunjungi mereka. Benar-benar sebuah dakwah yang menyejukkan!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Adab dan Ilmu
Sebelum mengaji kitab Syarh al-Hikam , saya membuat status dengan mengutip kalimat untuk menggagit sebuah ayat (sebutan kalimat di negara te...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
No comments:
Post a Comment