Semalam, saya menunaikan shalat berjamaah Maghrib dan Isya di surau flat tempat saya tinggal. Seperti biasa, jamaah yang hadir bisa dihitung dengan jari. Herannya, tidak ada penghuni lokal yang hadir di rumah Tuhan yang berbau apak ini. Ke manakah mereka? Hanya mahasiswa yang menempati flat ini dan beberapa pekerja asal Pakistan yang sering mengunjungi surau yang tak bernama ini.
Kesan tidak terurus dari surau ini akan mudah terlihat. Tidak saja sesawang di langit-langit yang belum dibersihkan, tetapi kaca jendela yang tampak kusam menambah muram wajah tempat orang berjumpa Tuhannya. Saya sendiri berhasrat untuk membersihkan jendela ini agar jamaah bisa melihat ke luar dengan terang benderang. Sebelumnya, saya hanya membersihkan karpet dan kadang menyapu halaman surau yang sering dipenuhi beragam sampah, seperti kertas, pembungkus kue dan tak jarang cotton bud.
Hanya jika rombongan jamaah Tabligh datang melawat, surau ini tampak ramai dan saf kedua juga terpenuhi. Mereka paling tidak berkunjung satu kali dalam seminggu. Tidak hanya itu, mereka juga mengajak penghuni flat untuk shalat Isya berjamaah. Sayangnya, warga flat bergeming, padahal apa susahnya turun sebentar ke lantai bawah untuk bersama-sama bersembahyang. Lebih dari itu, di rumah Tuhan inilah, manusia menyemai kebersamaan dengan bertegur sapa, menghilangkan perasaan asing di mana mereka bermastautin.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Buku Teks
Barusan kami mengambil buku pelajaran Zumi. Ia dan kawan-kawan membelinya dari sekolah. Tadi, kami bertemu dengan banyak orang tua yang jug...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
-
Rindu itu adalah perasaan akan sesuatu yang tidak ada di depan mata kita. Demikian pula, buku itu adalah jejeran huruf-huruf yang menerakan ...
No comments:
Post a Comment