Thursday, September 25, 2008

Seri Sejarah Lisan USM ke-6

Untuk seri ke-6, panitia pembuatan sejarah USM (menyambut ulang tahun ke-40) mengundang Haji Romli bin Bakar (bekas pegawai) dan Marimuthu Ramachandran (bekas satuan pengaman) untuk menceritakan pengalaman beliau selama mengabdi di universitas bermotto Universitas dalam Taman ini.

Encik Romli mengungkapkan idealisme mahasiswa pada masa 1970-an yang mempunyai kepedulian sosial yang tinggi terhadap kehidupan masyarakat dan mereka sangat dekat satu sama lain tanpa disekat oleh perbedaan etnik dan agama. Saya melihat rona Encik Romli berbinar ketika mengungkapkan yang terakhir ini. Sebelumnya hal yang sama juga diungkapkan oleh kesaksian Dr Talhah Idris. Mungkin karena jumlah pegawai masih sedikit, Encik Romli, yang dipanggi tuan haji oleh Profesor Mohd Haji Salleh, orang nomor satu di kampus relatif dekat dengan bawahannya.

Sedangkan Encik Marimuthu menggambarkan suasana kritisisme mahasiswa terhadap kekuasaan, sebelum akhirnya diberangus melalui Undang-Undang Universitas dan Kolej, yang disebut Akta Universiti dan Kolej Universiti pada tahun 1975. Dia juga menyebut sosok aktivis Fatimah Syam yang dengan lantang menunjuk jari dan menyebut nama petinggi kampus tanpa embel-embel gelar. Mengutip kata-kata bekas ketua satuan pengaman ini, "How powerful students". Undang-undang inilah yang akhirnya memisahkan kedekatan satuan pengaman kampus (di sana disebut guard).

Saya menyimpan cerita mereka berdua dalam tulisan dan menikmati kelucuan dan kenakalan mahasiswa pada tahun awal pengembangan pendidikan tinggi negara Malaysia. Beberapa kali saya menahan tawa dan kadang tak kuasa tergelak terguncang karena ekspresi Encik Marimuthu yang polos. Catatan tentang peristiwa yanga berkaitan dengan keamaan kampus masih tersimpan rapi di tangan beliau, sehingga kita bisa mengetahui kapan terjadi.

Acara ini kemudian diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan kepada kedua pencerita. Lalu, peserta beranjak ke luar dari ruang pertemuan. Ternyata peserta juga diberi kesempatan untuk mendapatkan buku secara gratis di depan pintu keluar. Saya mengambil tiga buku, The Scientific Enterprise dan Freedoms and the Civil Society oleh K. J. Ratnam, dan The Decorated Boats of Kelantan oleh Paul J Coatalen dan Rights.

No comments:

Syawalan Ketujuhbelas

Kelas Memahami Teks Inggris: Dengan cara bandongan, setiap peserta akan membaca satu halaman dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia....