Tuesday, July 28, 2009
Puisi tentang Membaca
Mereka berdua membaca puisi. Samar-samar saya menikmati di ujung meja. Sastrawan termasyhur, Prof Mohammad Haji Salleh tak banyak mendendangkan puisi, namun Encik Marzuki melafazkannya cukup panjang. Kebekuan cair dengan suaranya yang naik turun. Saya sendiri berada di meja khas untuk awak media. Bersama Kelvin Chua, wartawan Kong Wah Yit Poh, saya mengurai pernak-pernik dunia literasi, termasuk jurnalisme.
Saya juga memerhatikan teman baru ini karena dengan nada merendah beliau malah tak bersekolah di universitas. Memang bukan keharusan, namun tambahnya, dia tak cukup uang untuk kuliah. Aneh, bukan? Tapi, saya tak bertanya lebih jauh karena itu adalah pilihan. Bukankah belajar itu hanya memerlukan ketekunan membaca, bukan uang?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Syawal Keenambelas
Bersama TKI, kami pergi pada dini hari ke bandara ketika Anda tidur atau menonton laga bola Inggeris lwn Belgia. Sebagian buruh dari Madura...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Dulu tatkala membaca karya Louis Dupre, saya menekuri teks berupa anggitan huruf-huruf di atas kertas. Penulis "Religious Mystery and...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Sang imam, Ust...
No comments:
Post a Comment