Mereka membawakan Lenggang Kangkung. Kami pun menikmati dengan riang di tengah perjalanan menuju Medan Selera KL Sentral. Setelah lagu selesai, pengunjung bertepuk tangan dan kami pun berlalu. Suguhan siang hari itu betul-betul menyenangkan. Tambahan pula, saya ke warung makan nomor 13, lantai 3, yang kebetulan pelayannya berasal dari Jawa Timur dan Yogyakarta. Mereka pun merasa dekat, apalagi ada anak kecil yang menyertai kami sehingga perbincangan acapkali terhenti oleh celotehan seorang anak yang belum bisa mengucapkan sebuah kalimat dengan sempurna. Hanya ayah atau yah untuk semua benda dan peristiwa. Kadang, bi, ci, meme juga keluar tanpa konsisten berkait dengan sesuatu. Atau, kami saja yang gagal memahami bahasa itu sehingga komunikasi tidak terjalin lancar.
Samar-samar, saya langsung menerawang ke masa lalu tentang lagu Lenggang Kangkung ini. Gelap, tak jelas, di mana dan kapan. Lagu berirama pantun ini menggunakan bahasa Jawa, yang berkait dengan dunia anak-anak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment