Sedianya ingin berlari kecil, namun jika mendapatkan umpan, saya pun sekuat tenaga berlari membawa bola dan kembali mengumpan bola pada kawan. Tiba-tiba, otot dan urat terasa ditarik kuat, ada sedikit nyeri di situ. Tak hanya menggunakan kaki, mulut pun tak berhenti bersuara, meminta umpan dan memberi ide agar bola ditendang ke kawan di sayap kiri, atau umpan tarik ke depan gawang. Kadang di tengah permainan tawa pun pecah karena melihat kelucuan, apakan tidak, Pak Usman menggunakan tangan agar bola tak menembus gawang dan wasit pun, Mas Didi, mengeluarkan kartu ATM untuk menghukum kartu kuning, meski pemain lawan meminta kartu merah.
Untungnya, matahari berselimut awan, sehingga terik tak menerjang bumi. Di sela-sela permainan, kami pun masih sempat ngobrol ringan. Seorang staf berujar baru pertama kali main bola, yang lain membanyol, bahwa salah seorang pemain adalah pemain dunia, bukan akhirat. Aha, kelakar yang lumayan menerbitkan tawa ketika napas ngos-ngosan. Akhirnya, permainan usai, lalu bersiap-siap ke konsulat untuk menikmati nasi goreng dan kerupuk udang.
5 comments:
kembali bygar pak...
*eh, maaf... apakah itu ada Pak Subarino???
Wsyik tuh kalo dapet kartu ATM berikut PIN, apalagi kalo saldonnya berlimpah :D
Mbak,
Tentu, bugar, meskipun otot nyeri masih terasa hingga sekarang. Maklum udah lama tak bermain bola.
Yang mana? Setahu saya, tak ada nama itu, Mbak?
Paman Tyo,
Kalau begitu, saya akan melakukan pelanggaran (melanggar, katanya lebih efektif secara linguistik) agar mendapatkan kartu merah.
Apa pun, menggerakan tubuh adalah keharusan agar badan tak mudah meriang.
ini ada link blog beliau... dalam jurnal terakhir ditulis melanjutkan di USM, dan sudah tanya ke kak Dede memang beliau ada di sana...
http://rinofaiz.blogspot.com/2008/08/soal-soal-fisika-olimpiade-dan.html
Post a Comment