Makan pikiran? Dua kata ini mungkin tak lazim. Ia bisa dimaksudkan sebagai keadaan yang membuat kita banyak berpikir. Masalahnya, kata banyak pikiran mengandung maksud situasi tidak nyaman. Padahal, bukankah banyak pikiran sepatutnya menyenangkan karena kita mempunyai banyak pikiran, bukan sedikit pikiran? Lalu, bagaimana apabila kita membaca buku Food and Philosophy? Adakah "Belly Happiness" sebagaimana dilaungkan oleh Epicurus hanya berhenti pada pemenuhan kesenangan fisik semata-mata?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Falsafah Ta'wil
Sepulang sekolah, saya mengajak Biyya ke JNE untuk mengirim sebuah buku pada pembeli. Peminat memberitahu saya melalui media sosial. Karya i...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment