Di sudut sebuah pasaraya, sebuah grup kasidah Shabahul Islam bershalawat. Mereka menyanyikan pujian diiringi suara rebana. Melalui dendangan ini, Nabi hadir dalam keriangan.
Lagipula, bukankah dulu Nabi pedagang dan acap masuk ke pasar? Hanya, apakah makna pasar dulu dengan sekarang sama?
Jelas, pasar itu bukan barang haram, namun tidak penumpukan kekayaan pada segelintir orang. Bayangkan! Dulu, saya menikmati jajanan yang dibuat sendiri oleh pedagang kecil dengan bungkus daun pisang dan jati. Sekarang, makanan ringan dibuat oleh pabrik dengan bungkus plastik. Pedagang kecil itu hanya menjadi pengecer. Dari kenyataan ini, pujian terhadap Nabi tidak hanya berhenti pada menyanyi, tetapi bagaimana pemerataan kekayaan negeri bukan mimpi.
Lagipula, bukankah dulu Nabi pedagang dan acap masuk ke pasar? Hanya, apakah makna pasar dulu dengan sekarang sama?
Jelas, pasar itu bukan barang haram, namun tidak penumpukan kekayaan pada segelintir orang. Bayangkan! Dulu, saya menikmati jajanan yang dibuat sendiri oleh pedagang kecil dengan bungkus daun pisang dan jati. Sekarang, makanan ringan dibuat oleh pabrik dengan bungkus plastik. Pedagang kecil itu hanya menjadi pengecer. Dari kenyataan ini, pujian terhadap Nabi tidak hanya berhenti pada menyanyi, tetapi bagaimana pemerataan kekayaan negeri bukan mimpi.