Thursday, December 17, 2020

Alpokat

Saya dan Zumi membeli sekilo buah favorit ibunya pada Pak Rahman. Ini adalah warung ketiga yang menjual buah-buahan. Satu toko yang bersebelahan dengan kedai cukur tutup, sementara yang berada di depan penjuang sayur masih bertahan.
Di sepanjang jalan Tanjung ini, ada banyak toko, seperti Viki, tempat saya membeli bahan-bahan kue, yang menjadi cermin dari kegiatan sehari-hari dan kebutuhan warga, koperasi BMT Tanjung tempat banyak orang untuk bekerja sama.
Tentu, secara umum, para ahli ekonomi yang berada di kampus tidak hanya melihat ini soal transaksi, tetapi juga lebih jauh soal mazhab. Adakah prilaku warga menjadi bayang-bayang dari sistem yang lebih besar atau punya pandangan sendiri untuk mengatur produksi dan konsumsi.

Nah, Biyya minta untuk dibelikan susu cair coklat agar bisa menikmatinya. Buah ini mengingatkan saya pada teman baik di UUM, Encik Massudi Mahmuddin, yang memberikan setas alpokat yang diambil dari pohon di belakang rumah.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...