Tanpa mengabaikan tulisan lain dari kolom yang
sama, saya sangat menyukai cetusan yang dimuat dalam Majalah Tempo keluaran
16 Februari 2020. Kata Matré merupakan kata padanan dari materi, yang
berasal dari kata meterial (benda) dan materialistik (sifat).
Secara bendawi, material diserap seperti makna
asal, yakni bahan yang akan dipakai untuk membuat barang lain dan bahan mentah
untuk bangunan, seperti pasir, kayu, dan semen. Namun, dalam pengucapan huruf e
sering hilang, sehingga kita sering mendengar sebutan matrial.
Persoalannya, adakah sifat matré itu musuh
agama? Di sini, kontradiksi sering muncul karena hampir seluruh ibadah manusia,
dari salat, puasa, dan haji, ditunaikan untuk mendapatkan pahala. Dengan modal
inilah, orang yang beragama meyakini surga sebagai balasan yang setimpal dari
kebajikan yang telah dilakukan. Lagi-lagi, ganjaran itu berupa kesenangan yang
dulu dianggap maksiat dan dihujat. Tak hanya itu, gambaran firdaus begitu
memukau dengan gambaran kesenangan duniawi, seperti ranjang emas, payung emas,
sungai susu, dan bidadari.
Untuk lebih jauh, silakan baca pandangan tentang isu ini di majalah. Selain itu, ada hal yang menyenangkan dari edisi kali ini, yakni sampul dan isi kusut karena ia sering dibaca oleh Nabbiya. Maklum, laporan utamanya tentang jejaring hitam bawang putih.
No comments:
Post a Comment