Wednesday, June 15, 2022

Bermain

Di hari pertama, Fatih, sepupu Zumi, diajak ke warung untuk membeli benang layangan. Keduanya sangat senang karena nanti sore kami akan menerbangkan wau. Dengan Rp 10 ribu, dua gulungan benang dibawa pulang. 

Tetapi, hidup kadang berjalan tidak seperti yang direncanakan. Sore itu kami malah pergi ke pantai Utama Raya untuk melihat matahari terbenam. Apa pun, anak-anak akan menikmai hari-harinya dengan bermain. Bukankah kita juga demikian sebagai homo ludens?

Malah di hari kedua, apa yang tidak dirancang justru dialami, yakni kami mencari kepiting di saluran air di depan rumah. Betapa ini juga menyeronokkan. Apalagi, anak ipar jiran, Runako, yang baru pindah dari Mamuju Sulawesi turut bergabung. Hanya dalam hitungan detik, mereka yang baru kenal sudah tampak sangat akrab. 

Spontanitas perlu hadir di tengah usaha untuk mengalihkan Zumi dan Fatih dari terpapar secara terus-menerus pada layar telepon pintar. Anak-anak tumbuh dengan khayalannya tentang dunia, yang mungkin kadang orang dewasa memandangnya dengan penuh takjub karena hal-hal sederhana bisa mendatangkan keriangan, seperti melihat kepiting yang ditaruh di toples plastik selalu jatuh ketika hendak memanjat. Dasar ketam! 
 


No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...