Bahkan di masa pandemi, Himaprodi Ilmu al-Qur'an dan Tafsir UNUJA pernah menggelar diskusi secara daring tentang Toshihiko Izutsu yang mendorong peminat untuk memilikinya, sehingga saya dan Zumi membungkus dan mengirimnya melalui JNE atau JNT sesuai dengan permintaan peminat.
Kadang, saya berseloroh bahwa menghasilkan buku itu lebih mudah daripada menjualnya. Selain itu, kehadiran buku ini menjadi relevan di kelas terjemahan teks The Semantics of Qur'anic Language: al-Akhira oleh Ghassan el-Masri, karena karangan sarjana tersebut melanjutkan usaha Izutsu dalam memahami teks kitab suci secara semantik, termasuk Goldzhiher. Saya meminta peserta untuk membacanya di perpustakaan kampus agar usaha menerjemahkan dan menjelaskan pokok-pokok pikiran el-Masri dapat dilakukan secara saksama.
No comments:
Post a Comment