Tuesday, August 23, 2022

Warung

Saya merasa cukup dengan lagu Duta. Biyya nenikmati lagu Psy Happier. Si ibu membaca Noval Noah Harari. Zumi bermain di tempat permainan.
Setelah kesenangan dan kehormatan, kita akan merenung sebagai kegiatan puncak. Dengan menyesap kopi, saya merasa kenikmatan di lidah dan mendapat tempat karena duduk di sini. Tetapi untuk apa?

Sejatinya untuk rehat. Di hari itu, kami berjalan kaki cukup jauh dari lokasi perarakan karnaval tujuhbelasan sekabupaten Probolinggo. Di sini, saya menarik napas dan sempat memijatkan kaki pada Firman di depan Diva. Anak lulusan SMP ini mengurut kaki saya dengan kuat. Warung itu mencerminkan falsafah Jawa bahwa hidup ini sekadar mampir minum.

 

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...