Setelah mendapatkan gambar sampul buku ini di media sosial, saya menyimpannya di "keranjang".
Seraya menyampaikan ide-ide kritis dalam bahasa "ibu", kita telah menyesuaiakan (apropriasi) alam pikiran luar dengan dunia nalar sendiri, yang dilakukan setelah menjaga jarak.
Kritisisme sejatinya berpijak pada hakikat manusia yang setara, bebas, dan mandiri. Hanya sesama orang merdeka yang bisa bertukar pendapat, sementara hamba "pendapatan"
No comments:
Post a Comment