Setelah azan, anak-anak ini berzikir dengan menyebut sifat-sifat 20 Allah secara bergantian. Masjid kampung menjadi ruang untuk merawat batin, setidaknya jeda dari gawai. Kini, anak-anak merasa nyaman sebab mereka tidak dikekang, kecuali pas sembahyang, salah seorang di antara kami meminta mereka diam dan tenang. Bagi kami yang tua, tenang tentu menjadi tujuan dari kegiatan ibadah.
Hari-hari terakhir, zikiran di atas mengingatkan saya pada langgar di kampung, di bawah asuhan Kiai Tamhid. Betapa dengan penuh semangat kami menyebut sifat Tuhan dan memanjangkan bunyi terakhir dari sifat keempat, yakni mukhalafatuhu lilhawaditsi.
No comments:
Post a Comment