Tuesday, May 16, 2023

Kepulangan

Pulang, mudik atau balik kampung kadang tidak lebih dari liburan sejenak dari sekolah dan pekerjaan. Ini bisa menjadi momen untuk mengecas raga dan jiwa dari kejemuan rutinitas: adakah yang dilakukan sehari-hari selama ini menjadikan kita semua sebagai manusia? Definisi terhadap terakhir ini tentu perlu dipikirkan secara utuh agar kita tidak menjadi narapidana dari pikiran kita sendiri, mengingat kata Sam Harris, "we are all prisoners of our thoughts".
Untuk itu, kepulangan perlu diperiksa kembali. Secara kiasan, ia bisa disejajarkan dengan hijrah, pindah dari sebuah keadaan yang tidak ideal pada kondisi yang menjadi ruang untuk berbagi secara tulus. Dulu, di kampung kami menimba air di sumur untuk keperluan kamar mandi dan berkomunikasi dengan tetangga di sela antri. Jelas, di sini fungsi pompa air dan telepon genggam tidak diperlukan. Sayangnya, komunikasi di media sosial tidak lebih daripada pengalihan apa yang disebut oleh Ted Nordhaus dan Michael Shellenberger dengan “insecure affluence”.

Dari catatan ringkas ini, kita bisa mendapatkan titik temu dan pisah dalam melihat kemudikan kita.

 

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...