Thursday, December 07, 2023

Duologi

Kumpulan kolom di harian Kompas Mas Samsudin Berlian sememangnya perlu dibaca agar makna kata tidak dipatok oleh kamus dan anggapan khalayak. Saya pun turut memberikan dorongan (endorsement) untuk karya ini.
Kemungkinan ungkapan kata dengan makna lain dianggit dengan sengit. Dengan membacanya kembali, saya sering mengernyitkan dahi, tertawa sendiri, dan terhibur setengah mati. Anda bisa menemukan suasana hati dan pikiran yang bisa mendarasnya.

Setidaknya, dari riwayat hidup saja, petulis (bukan penulis, kata Mas Samberlian) tidak menyuguhkan tarikh lahir, latar belakang pendidikan, dan karya yang dihasilkan. Dia menulis sebagai petulis yang suka menjelajah alam semesta jauh dan dekat, luar dan dalam. Raganya biasa diam saja mendekam di satu ruang dengan sehelai bacaan, secangkir teh-tehan, dan senada eufoni. Tidak ada yang istimewa. Tak penting diketahui apa-apanya. Bacalah Duologi. Lupakan petulisnya.

No comments:

Syawal Duapuluhdelapan

Rhoma pernah bilang bahwa Gus Dur adalah temannya. Meskipun demikian, keduanya pernah berselisih paham soal Inul. Saya pun pernah menulis op...