Tuesday, April 30, 2024

Syawal Keduapuluh

Bedah buku The Gene oleh Siddharta Mukherjee tidak menampilkan satu atau dua pembicara, tetapi memberikan kesempatan pada peserta untuk berbagi pandangan. Misalnya, Faisal dengan latar Kimia, Agus dgn Psikologi, dan Carissa lulusan dokter gigi menyuguhkan gagasan sesuai dengan latar belakangnya. Pesertanya adalah warga Indonesia yang tinggal di banyak tempat, seperti Jakarta, Yogyakarta, Maroko, Doha, dan Singapura.

Aslam melihat bahwa ada kecenderungan orang berpikir kategoris, hanya berdasarkan satu disiplin tertentu. Dengan memahami genetik secara biologis, pembaca bisa mengandaikan implikasi etis dan politis, misalnya obat tertentu bisa "cespleng" untuk ras ini dan itu. Dengan demikian, soal tubuh tidak hanya dilihat dari satu ilmu, tetapi juga disingguh oleh pengetahuan yang lain.

Pendek kata, gagasan besar Amin Abdullah tentang kajian agama secara multidisiplin mendapat tempat dan pada gilirannya dalam menyelesaikan masalah bersifat multidimensi, sehingga dalam pengambilan keputusan tidak bias. Lalu, bagaimana dengan vaksin? Sama saja, suntikan itu juga mengandaikan orang yang diuji klinis sebelumnya.

Saya sendiri menyodorkan soal bagaimana tentang meramalkan masa depan dari gen - dan kemudian mengubah takdir melalui manipulasi genetik? (hlm. 417) Jelas, kehadiran sains menantang pandangan Akidah atau Teologi tentang nasib manusia. Jadi, perdebatan tidak hanya soal aliran-aliran kehendak bebas ("free will") dan determinisme dalam narasi yang beku.


 

No comments:

Mainan

Mengapa anak perempuan bermain masak-masakan dan anak lelaki mobil-mobilan? Kata tanya mendorong mereka untuk berpikir. Pada gilirannya kita...