Wednesday, August 07, 2024

Graha Pena

Saya mengenal Jawa Pos sejak belajar di pondok Annuqayah. Kami membacanya melalui papan koran di depan asrama Latee atau masjid Lubangsa.

Tulisan pertama di koran terbesar Republik ini bertarikh 2004, di kolom di Balik Buku. Manakala, karangan opini berjudul "Agama, Musik, dan Politik" (2005) dianggit di bilik karel USM. Kumpulan pendapat dikumpulkan dalam buku "Kehendak Berkuasa dan Kritik Filsafat (2021).

Dengan mengajak Biyya dan Zumi berfoto di sini, keduanya akan menyusuri jejak hidupnya juga. Berterima kasih adalah wujud dari penghargaan pada banyak kebaikan orang-orang yang berada di gedung ini.

Kini, kami punya kelas literasi di pondok Nurul Jadid. Media cetak surat kabar tersebut masih ditempel di papan koran. Banyak tetangga masih berlangganan Radar Bromo versi cetak. Kertas masih membekas, sebab digital bikin mudah teralih perhatian.
 

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...