Tradisi ini berasal dari Yaman, negeri yang dikoyak perang. Ironinya, kekerasan itu dikobarkan oleh penjaga haramain. Lebih masygul, setan besar juga bermain di air keruh.
Mengapa tidak merayakan hidup dengan riang saja? Memuji Tuhan di tanah suci, dan berdiam diri atas kezaliman menandakan kegagalan umat memahami agamanya sendiri.
Tuhan, sedrama inikah hidup harus ditanggung? Pertanyaan ini lahir kala saya melihat sekelompok orang memainkan rebana untuk meramaikan acara perkawinan anak tetangga.
No comments:
Post a Comment