Seusai mengikuti pengajian kitab Syarh al-Hikam di musala Riyadhushshalihin, saya menikmati sayur pari dan mendoan.
Tadi, Pak Kiai mengulas tentang istikamah. Kata orang bijak kebiasaan rutin itu adalah wajah kita sebenarnya. Panggung adalah pentas kita memoles diri agar tampak gah. Beranda media sosial adalah ruang pamer kita, tak pelak, kata dan foto dipilih yang terbaik, termasuk diolah dengan beautification.
Untuk itu, mari sisakan diri agar tak semua tumpah ke dunia maya. Algoritma tak dapat membaca kita. Kita hanya berbagi cerita musik, bacaan, dan pengalaman untuk merasa cukup dengan apa yang kita lalui, bukan menunjukkan apa yang bisa lakukan, dan orang lain tidak. Kita senasib sepenanggungan.
Bila saya menikmati Dream On Aerosmith, Mas Apoy mendengar nyanyian lain sebagai pilihan, maka ini soal selera yang terkait habitus atau kebiasaan. Kita tak harus sama, usah saling mengusik. Kami berdua merayakan kebedaan, bahkan dalam banyak hal, tetapi merasakan kedekatan karena pondasi pemikirannya adalah kearifan.

No comments:
Post a Comment