1 Oktober 2009, dalam perjalanan pulang dengan kereta api dari Lapangan Terbang Internasional Kuala Lumpur ke Terminal Bis Puduraya, saya masih menemukan tulisan ABOLISH DSA! di pintu keluar stasiun Pasar Seni. Tulisan yang mungkin mulanya Abolish ISA! ini menandakan dua kekuatan besar yang sedang bertarung dalam dunia perpolitikan Malaysia, Najib dan Anwar.
Kini, gelanggang sudah berubah. Anwar menghadapi Muhyiddin Yasin, PN, wakil dari dapil Pagoh. Politik tidak pernah berubah, arena pertarungan antara para tokoh. Media pun berubah, tidak lagi coretan di dinding, tetapi di media sosial. Ngeri! di belantara ini, kata kasar, sumpah-serapah, dan makian berhamburan.
Tidak berbeda dengan kita. Warga meluahkan kejengkelannya dengan status di microblogging, seperti X, Facebook, dan Instagram. Ade Armando melihat kelompok 212 berada di balik gugatan terhadap ijazah majikannya dan grup lain pun menimpalinya dengan sengit. Bukankah HRS mendukung Prabowo Subianto? Itulah politik.
Kekuatan alternatif itu adalah warga yang waras. Mereka melihat kekuasaan adalah alat untuk mewujudkan kesejahteraan. Bila tidak bekerja, siapa pun bisa tumbang.
No comments:
Post a Comment