Agama tetap hidup di tengah tantangan modernitas, yang dianggap era yang akan meniup sangkakala kematiannya. Namun, kita tentu tidak hendak menyalakannya dengan semata-mata formalitas, tetapi juga substansialitas.
Akhirnya, apa pun pijakan moral kita, apakah agama atau sekuler, keduanya bisa berjumpa dalam keseharian. Kala saya menemukan kedamaian dalam kegiatan Yasinan, teman baik saya sedang menikmati secawan kopi di tepi sungai Rhein. Ia sedang menjenguk anaknya yang sekolah di negeri penghasil BMW itu.
Damai itu diciptakan, dihadirkan, dan dibayangkan. Ruang dan waktu adalah netral, kita lah yang memberikan makna.
No comments:
Post a Comment