Pertama kali saya tahu radio Bromo FM ini adalah kala mengikuti kegiatan Majlis Ulama Indonesia Kabupaten di gedung Islamic Centre. Saya sempat duduk di bangku depan ruang siar. Stasiun radio ini berdekatan dengan kantor MUI.
Pagi ini, saya mengisi program siniar bedah buku Falsafah Harian: Seni Memahami Hidup Sehari-Hari yang disiarkan secara langsung melalui Instagram. Saya tegaskan bahwa kita harus menciptakan pendengar, bukan siapa yang mau menguping siaran rong-corong. Bagaimanapun, siapa pun bisa menikmati lagu dan mendengarkan informasi sambil mengerjakan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mencuci, dan menyapu.
Saya acapkali menulis kolom Kabar Madura sambil mendengarkan musik mancanegara Bromo FM melalui radio Tens, buatan Semarang, atau streaming Sinar FM Kuala Lumpur. Ketika mendengar lagu yang disuka tanpa "request", saya merasa mendapatkan rezeki tanpa terduga.
Dibandingkan berselancar di gawai, mendengar radio jauh lebih produktif, karena kita bisa mengerjakan aktivitas lain. Dengan memasang radio di teras, saya bisa menggunting rumput seraya mendengar ceramah agama dan lagu.
No comments:
Post a Comment