Monday, November 10, 2025

Ketungguan

Kita sering menggunakan kata penantian, sebuah proses untuk mendapatkan giliran. Saya menyodorkan ke-an dan kata dasar tunggu, sebuah pilihan sadar untuk berada di sini, kini, dan sebegini di ruang tunggu. Bukan ruang nanti, kan?

Saya tahu pukul 12.23 kereta api bertolak, tetapi saya juga akan mengalami ketungguan yang lain dalam gerbong. Kala 00.36 sampai, saya tetap berada di ruang, waktu, dan kondisi tertentu. Jadi, ke mana-mana kita akan membawa kepikiran, kerasaan, dan kedamaian sendiri.

Tak lama kemudian, para penumpang bergegas untuk menaiki Blambangan, yang bertolak tepat waktu. Tabik, Jonan! Di dalam gerbong, saya menjalani keseharian, sebagai orang yang suka menikmati lagu, membaca buku, dan mendengar deru, tepatnya bunyi. Bukankah derik rel itu semacam musik juga? 
 

No comments:

Semantik dan Kesadaran Etis

Sebagai pengajar Semantik dan Ma'anil Qur'an, saya berpandangan bahwa lulusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir akan menjaga alam, karen...