Sepulang acara dialog antariman di Aula PD Muhammadiyah, saya mampir ke roti canai Pak Ali Pajarakan, sebelah timur MAN 2. Sore mendung. Di sepanjang jalan dari kota ke Paiton, saya melihat genenangan di beberapa titik.
"3 untuk Pak Fauzan, 4 untuk kami", ujar saya. Penjual menimpali, tinggal dua. Jadilah, pesanan Zumi original dan Biyya telur. Di mana-mana orang tua mengalah. Di rumah, Zumi tampak lahap mengudap makanan yang dulu ia suka di Kedah.
Kok, cepat habis Pak? Maklum, musim hujan. Banyak orang ingin merasakan kehangatan teh tarik dan canai. Tidak hanya menjual makanan asal jiran, lelaki yang pernah bekerja selama 17 tahun di Semenanjung menyediakan karaoke. Sekali waktu, saya pernah melihat pekerja keras ini membawakan lagu Bebas Rhoma Irama. Apalagi yang kurang dari hidup?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Angan-Angan
Menunggu pengajian kitab Syarh al-Hikam di musala. Saya dapat datang lebih awal di hari Sabtu karena tidak mengantar anak ke sekolah. Denga...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...

No comments:
Post a Comment