Tuesday, July 26, 2005
puisi itu: pasrah atau kalah?
Aku sangat tersentuh dengan puisi itu, meski tak ada tajuk. Miris membacanya. Namun, terbersit ragu. Apakah kita adalah makhluk yang tak punya kuasa untuk mencabar Sang Penguasa? Bukankah, ketidakberdayaan kadang ditutupi dengan penyerahan diri padaNya? Tak jarang, bukan Tuhan yang memaksa kita untuk memilih, tapi mereka yang berkehendak atas nama kebajikan. Semoga tidak!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kajian Kitab Tingkat Lanjut
Paling kiri adalah Pak Ainol Yaqin. Bersama Pak Moh Jasri Ahyak beliau menghidupi kajian kitab kuning bulanan, Lailiyyah Syahriyyah di Pondo...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
No comments:
Post a Comment