Pernahkah kita mencoba untuk mengingat kembali kepingan peristiwa kanak-kanak? Tak perlu dilakukan, sebab, ia tiba-tiba sering hadir bersama dengan stimulasi yang ditimbulkan di sekeliling kita.
Seperti pagi ini, saya mendengarkan lagu keroncong. Terbayang samar, saya membayangkan tentang siaran TVRI zaman baheula dan saudara mbah saya yang demen ama musik ngak-ngek-ngok ini. Lagunya lambat, hampir tidak pernah berlari. Penyanyinya memakai kebaya, sanggul dan tampak anggun dengan geraknya yang lamban. Sambil mengetik, lagu ini membantu 'sikap' terburu-buru untuk melakukan semua. Ia telah menjadi interlokutor, agar saya lebih menikmati kerja.
Di siang hari, biasanya lelah menghinggapi tubuh, meskipun otak ingin terus bekerja. Instrumen musik sederhananya mampu menemani raga yang mulai 'berkurang' tenaganya. Pikiran mulai menunaikan tugasnya untuk memilih antara 'makan' dan meneruskan menekuri layar komputer. Tak perlu gundah, makan dulu, nanti semuanya akan terang-benderang!
Monday, March 13, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Adab dan Ilmu
Sebelum mengaji kitab Syarh al-Hikam , saya membuat status dengan mengutip kalimat untuk menggagit sebuah ayat (sebutan kalimat di negara te...

-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
-
Kata dalam judul sering didengar di tahun baru. Orang jiran menyebutnya azam. Anda bisa menyebutnya tekad. Buku ini menandai sebagian dari ...
No comments:
Post a Comment