Membaca mestikah dalam senyap? Saya menekuri teks sambil mendengarkan lagu populer 80 dan 90-an dari internet. Kejutan acapkali muncul karena lagu yang diperdengarkan adalah ingatan dalam suatu ruang yang tak pasti tempatnya. Saya hanya menikmati tanpa lebih jauh ingin mengingat kenangan.
Jika itu lagu itu baru dan tak ada dalam rekam jejak, saya membiarkannya hingga selesai, dengan harap cemas ada lagu yang akrab. Ah..menanti semacam ini adalah juga hiburan lain. Tapi, mata lelah kalo secara terus-menerus memelototi layar komputer.
Okay, istirahat dulu dan makan siang, itu adalah jalan keluar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dialog Antariman
Pak Ahmad Hudri memberikan sambutan dengan penuh khidmat. Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama ini tidak hanya piawai mengurai hubungan antar...
-
Buku terjemahan saya berjudul Truth and Method yang diterbitkan Pustaka Pelajar dibuat resensinya di http://www.mediaindo.co.id/resensi/deta...
-
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
No comments:
Post a Comment