Terima kasih Mas Teuku Andika,
Jika saya berbagi di sini tentang banyak hal, hakikatnya saya ingin menghadirkan sesuatu yang 'alpa', termasuk ketika saya mengulas Heart dan Wicker Park.
Mas Teuku telah membantu saya memunculkan 'perspektif baru' tentang film Barat yang saya bandingkan dengan Heart. Lho, emang Heart film Indonesia? Dari judulnya saja ia adalah bentuk ketidakpercayaan diri untuk menyebutnya Hati?
Mungkin, tafsir saya akan bertambah 'kaya' apabila digabungkan dengan horizon teman lain, seperti Mas Ridho, Romi, Rafika, Aris H, sebagai mahasiswa yang bergelut dengan perfilman dalam pengertian praktik dan teoretik.
Lebih-lebih, bagi teman-teman yang pernah nonton seperti Vega, Wanna, Pak Allwar, Dian, Doni, tentu akan mengungkap sisi yang berbeda dari film yang dibiayai oleh Drs. Chand Parwez.
Apalagi, saya juga baca ulasan film ini di http://www.sinema-indonesia.com/ oleh Ferry Siregar, sepertinya Heart diperlekehkan (Bahasa Malaysia). Terus terang, saya tidak rela sang pengulas ini mengkritik tanpa ampun. Tapi, inilah dunia kita, di mana segala ekspresi dibebaskan demi gelar ' Indonesia adalah salah satu negara demokrasi terbesar' dunia.
Selain itu, Mas Andika boleh juga menulis di situs PPI USM agar pertautan batin ini menjadi sempurna. Jujur, saya menemukan kedalaman dan kepeduliaan yang tulus dari sahabat kita ini.
Ahmad Sahidah [Penikmat Film Indonesia]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment