Wednesday, May 28, 2008

Hemat adalah Kata Kunci


Saya sengaja memilih judul di atas untuk membelajarkan bagaimana mengendalikan diri dalam hal memenuhi keperluan sehari-hari. Tidak harus pelit, tetapi harus menjaga pengeluaran. Tadi saya sempat membaca buku The Rules of Wealth yang menyatakan bahwa jika kita berpikir bahwa uang yang akan membuat bahagia, makan kita tidak akan mendapatkannya. Buku ini saya ambil dari rak pameran dan membawanya ke meja yang kebetulan ada dua teman Indonesia, Tauran - mahasiswa Master dalam bidang ilmu politik dari Malang dan Amien, bidang matematik dari Medan.

Saya bilang bahwa kita perlu makan di Indah Kembara karena di sana murah dan kalau pun mau makan di warung di luar, kita seharusnya pergi ke warung Jawa yang menyediakan menu makanan ala Indonesia, seperti bakso, pecel lele, pecel ayam, sate kambing dan rawon. Malaysia telah cukup kaya untuk kita bantu dengan membeli produknya. Toh, sebenarnya kehadiran mahasiswa Indonesia di sini telah membantu negara tetangga ini menarik 'investasi'. Apalagi, menurut berita New Straits Times (26 Mei 2008), Indonesia menempati peringkat tertinggi dari jumlah mahasiswa asing yang belajar di Malaysia. Disusul oleh Cina, Bangladesh, Pakistan dan kelima adalah Iran.

Sayangnya, kantin mahasiswa yang terkenal murah itu tutup dan serta merta saya melanjutkan perjalanan ke kamar untuk membuat mie+telor dan memasak nasi. Ups, ternyata persedian mie telah habis. Dengan langkah gontai, saya ke bawah untuk membeli mie di kantin, siapa tahu buka. Maklum liburan! Syukur, buka. Saya membeli mie Supermie keluaran Indofood, Indonesia.

No comments:

Majemuk

Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...