Tadi saya terlambat mengikuti Seri Sejarah Lisan ke-4. Ruangan Dewan Persidangan Universiti (DPU) telah dipenuhi peserta hingga sebagian harus berdiri atau duduk di kursi tambahan. Untungnya, saya kenal salah seorang panitia yang bekerja di penerbit Universitas, Encik Khairurrahim dan dia mengambilkan kursi untuk saya. Saya lebih konsentrasi untuk menulis apa yang disampaikan oleh Tan Sri Dato Seri Musa Mohammad, mantan Naib Canselor (sejajar dengan Rektor).
Di buku kecil itu saya mencoba menyerap apa yang dikisahkan oleh bekas menteri pendidikan ini. Katanya, pengabdiannya selama 13 tahun sebagai rektor adalah bukti bahwa dia diakui kapasitasnya. Keberhasilannya membawa USM dikenal di dunia dan melanjutkan warisan falsafah pendidikan rektor pertama, Hamzah Sendut adalah sumbangan yang lain. Pendekatan antardisiplin (interdiciplinary approach) dalam pendidikan sangat penting, agar tamatan universiti dalam taman ini memahami persoalan lebih holistik adalah rintisan rektor pertama yang sampai hari ini masih diabadikan.
Jika sebelumnya seri sejarah lisan dihelat di ruangan seminar Penerbit, untuk kali ini panitia sengaja memilih tempat di ruangan yang lebih luas, yaitu Dewan Persidangan Universiti. Untuk keempat kalinya saya hadir di sini. Yang terakhir adalah ketika saya mengikuti kuliah umum tasawuf oleh James Morris, dosen di Universitas Boston. Selain itu, acara ini juga banyak diikuti oleh para dosen, berbeda dengan sebelumnya yang kebanyakan diikuti oleh para staf. Sesuatu yang jarang terjadi di Indonesia, pegawai tata usaha mengikuti seminar.
Sayangnya, mahasiswa Indonesia tak ada yang hadir. Padahal saya telah mengirimkan informasi di atas lewat email dan yahoo messenger. Mungkin, kiriman ini agak mendadak karena dikirim pagi hari sebelum acara ini dimulai pada jam 9. Tapi, respons dari Mbak Muthia bahwa saya diharapkan untuk membuat semacam laporan di milis adalah satu permintaan yang menantang. Dalam bentuk feature, ikhtisar ini akan lebih mudah untuk dibaca oleh mahasiswa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ruang Baca
Saya meletakkan pesan Pak Musa Asy'arie di loteng, tempat kami menyimpan buku. Berjuang dari Pinggir adalah salah satu karya beliau yan...
- 
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
 - 
Ke negeri Temasek, kami menikmati nasi padang. Kala itu, tidak ada poster produk Minang asli. Pertama saya mengudap menu negeri Pagaruyung ...
 - 
Ahmad Sahidah lahir di Sumenep pada 5 April 1973. Ia tumbuh besar di kampung yang masih belum ada aliran listrik dan suka bermain di bawah t...
 
No comments:
Post a Comment