Saya merasakan dingin AC di ruangan penelitian kampus tak nyaman untuk menulis. Apatah lagi perut dalam keadaan keroncongan, angin AC itu seperti menusuk tulang. Saya mencoba untuk menyelesaikan penulisan resensi buku Social Roots of Malay Left oleh Rustam A Sani. Sudah memasuk minggu ketiga, ulasan buku ini juga belum kelar. Padahal secara acak, saya telah membacanya dan memberi terang pada beberapa kalimat yang dirasa penting untuk menjawab apa faktor sosial dari pergerakan kaum Kiri Melayu?
Untuk menghilangkan dingin, saya berhenti sejenak dan keluar untuk menghangatkan badan dengan menikmati pepohonan di tengah gedung kampus. Lalu, kemudian keluar menyusuri lorong untuk menuju ruangan pembimbing, Dr Zailan Moris, yang tadi pagi mengirim pesan layanan singkat bahwa surat pengantar untuk Perpustakaan Nasional Jakarta telah selesai. Jam 1.30-an matahari bersinar terik, saya menghindarinya dengan berjalan di bawah pohon. Ternyata tidak hanya surat pengantar, dosen pakar filsafat Islam ini juga menyelipkan surat dari ISEAS yang dikirimkan kepada saya dengan alamat kampus dan dicckan ke beliau. Ups, ia adalah surat tagihan salinan disertasi yang pernah saya janjikan ketika mengisi formulir di perpustakaan Universitas Nasional Singapura bulan Mei 2006.
Kembali ke ruangan, saya masih merasakan tidak nyaman. Ya, ini karena perut ingin makan. Padahal saya tadi sarapan jam 11-an di terminal. Mungkin, ia terbiasa dengan jam tubuh yang telah dibiasakan sebelumnya, bukan berdasarkan durasi waktu terakhir diasup. Saya pun mematikan komputer dan keluar ruangan menuju parkir. Aha, makan siang ini cukup mie Sedap dan telor rebus ditambah kopi Indocafe dicampur coffeemate. Karena telah kenyang, saya harus menyelesaikan tugas penulisan ulasan buku hari ini. Semoga.
Pesona buku Rustam A Sani telah membetot perhatian saya. Tentu, saya harus menebusnya dengan menulis resensinya dan menjadikannya bagian dari koleksi buku penting dalam memahami lebih jauh kajian Politik Malaysia. Tentu, saya juga harus mempertimbangkan karya lain, seperti Abdul Rashid Moten, Politics and Government in Malaysia sebagai bandingan untuk mengetahui isu baru dalam perpolitikan negara yang menyatakan diri sebagai negara maju pada tahun 2020.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment