Namanya Ismael S Wekke. Beberapa hari sebelum Konperensi Ilmu Sosial dan Humaniora di USM, 10-20 Juni 2008, kami bercakap di YM. Dia adalah salah satu pembicara dalam perhelatan ini. Lalu, saya menawarkan untuk menginap di kamar saya, karena teman sekamar telah pindah ke flat di luar kampus.
18 Juni pagi, dia mengirim sms bahwa kawan yang sedang mengambil PhD di UKM ini sedang mengikuti acara pembukaan di Dewan Tunku Syed Putra. Saya membalasnya, selamat datang dan nanti akan saya jemput. Kebetulah, pada masa itu, saya sedang bersiap-siap mengikuti Seri Sejarah Lisan yang akan dihelat di Taman Buku Penerbit USM.
Saya menjemputnya di depan Masjid setelah kawan kelahiran Sulawesi ini mengirim sms menunggu di sana. Kami pun pulang bersama ke asrama mahasiswa Restu, tempat saya tinggal. Namun, karena saya harus keluar mengantar kawan karib dari Kelantan ke Bandara, saya pamit keluar. Dengan En Azrin, saya menjemput Zailani dari asrama dan sebelumnya mampir ke Restoran Kayu (Warung Makan India Muslim). Di sana, saya memesan kari daging kambing, nasi dan segelas milo.
Hari kedua, saya menjemput Ismael di DKU (Dewan Kuliah U). Setelah sampai di asrama, kami pun bercerita ringan. Baru menjelang maghrib, kami mandi dan sama-sama berjamaah di surau lantai bawah. Karena harus menghadiri acara makan malam dalam acara tersebut, kami tak sempat makam malam bersama. Baru, malam ketiga, kami melakukannya di Tomyam Berkat, yang lebih dikenal dengan Romlah oleh mahasiswa asal Indonesia. Suasana tambah marak karena Stenly turut merayakannya. Cukup lama kami berdiskusi, untuk tidak menyebutnya berbual. Malah, inilah untuk pertama kalinya, saya cukup lama duduk di sini karena menikmati film Catwoman di TV 3. Film yang dibintangi bintang oscar, Halle Barry, ini menjadi tontonan ringan. Dialognya memancing otak untuk mengurainya, kamu harus mengerti kamu sendiri, maka akan bebas. Kebebasan itu adalah kekuasaan.
Hari ketiga, saya mengantarkannya ke Terminal Sungai Nibong dan sempat makan di warung lantai dua. Di sana, kami berbincang banyak hal, dari isu ringan hingga berat. Akhirnya, 11.30, dia harus bergegas karena bis Konsortium Penang-KL akan berangkat. Saya menitipkan salam untuk kawan lain, Jafar Lutfi yang kebetulan juga kawan karibnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Majemuk
Selama abad kelima, orang-orang Yunani menyadari bahwa hukum dan adat istiadat beranekaragam dari satu masyarakat ke yang lain, serta satu t...
-
Semalam, kami berlatih menyanyikan lagu daerah, Apuse Kokondao Papua dan Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan. Ibu Yunita, mahasiswa PhD Musik...
-
Semalam takbir berkumandang. Hari ini, kami bersama ibu, saudara, dan warga menunaikan salat Idulfitri di masjid Langgundhi. Setelah pelanta...
-
Saya membawa buku Philosophy for Dummies untuk coba mengenalkan anak pada filsafat. Biyya tampak bersemangat tatkala pertama kali mendapatka...
No comments:
Post a Comment